Selasa, 11 Oktober 2011

KEUNIKAN RATIB SAMAN DI DAERAH SAMBAS


Oleh Fitri Apriliani Lestari*, 0806466241


Ketika  kita mendengar kata Ratib Saman, mungkin setidaknya ada dua hal yang terlintas di benak kita, yaitu “Ratiban” dan “Saman”. Kemudian timbullah pertanyaan apakah Ratib Saman termasuk salah satu bagian dari ratiban? Apakah Ratib Saman memiliki kesamaan dengan tari Saman yang berasal dari Aceh? Tulisan ini bertujuan untuk menggambarkan serta memaparkan secara singkat apa yang dimaksud dengan Ratib Saman secara umum dengan mengambil kota Sambas sebagai tempat perkembangan Ratib Saman.
Ratib Saman adalah salah satu tradisi lisan yang berkembang di kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat. Jika kita amati sekilas ratiban sungguh mirip dengan acara tahlilan, orang-orang berkumpul membentuk lingkaran besar sambil melantutkan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Seperti halnya tahlilan, Ratib Saman memang kaya akan unsur Islam. Akan tetapi, yang dilantunkan dalam Ratib Saman bukanlah Al-Qur’an, melainkan naskah syair tulisan tangan yang sudah berumur lebih dari satu abad.naskah syair tersebut beraksara dan berbahasa Arab sehingga terdengar seperti bacaan Al-Qur’an. Keberadaan Ratib Saman di Sambas dapat dihubungan dengan awal masuknya Islam ke Sambas. Hal ini pun menjadi bukti bahwa Kerajaan Melayu Sambas dulunya adalah sebuah negeri yang berpegang teguh pada ajaran Islam.
Asal muasal Ratib Saman masih belum diketahui bahkan oleh Budayawan di kabupaten Sambas. Konon dari berbagai cerita yang ada, Ratib Saman berasal dari Aceh. Hal ini diindikasikan dari hubungan yang lancar antara Sambas dan Aceh pada masa kerajaan beberapa abad yang lalu. Kebudayaan di Aceh juga kental dengan nuansa Islam dan terdapat kesenian bernama Tari Saman yang terkesan mirip dengan Ratib Saman, tetapi dalam aplikasinya banyak perbedaan. Selain melantunkan syair islami, dalam Ratib Saman juga terdapat beberapa gerakan. Gerakan Ratib Saman seperti gerakan solat.
Tradisi Ratib Saman merupakan salah satu keragaman lokal Sambas yang hampir punah. Tradisi ini di kabupaten Sambas hanya dikuasai oleh para tetua yang sebelumnya telah diajari orang tua pada generasi terdahulu, sedangkan untuk mengajari kaum muda di Sambas sangat sulit. Menurut Budayawan Sambas, A Muin Ikram, dalam lima puluh tahun terakhir, Ratib Saman hanya dimainkan sebanyak enam kali. Di seluruh wilayah Sambas pun, diperkirakan hanya dua atau tiga desa yang masih melestarikan tradisi Ratib Saman.
            Dilihat dari filosofi dan penampilan Ratib Saman, dapat dikatakan Ratib Saman berkaitan erat dengan upacara adat di Sambas yang bernama upacara adat Tepung Tawar. Tepung tawar merupakan upacara yang biasanya dilakukan ketika pindah rumah baru, berobat kampung, khitanan, hamil 7 dan 9 bulan, mandi belulus pengantin, hari ketujuh meninggal dunia dan lain-lain. Upacara ini dimaksudkan untuk memohon keselamatan, kesejahteraan, kedamaian kepada Allah Swt dengan cara memapas atau menyentuhkan objek yang didoakan menggunakan daun lenjuang yang telah dicelupkan dalam air tepung tawar yang sudah dibacakan doa-doa. Ratib Saman secara filosofis  berfungsi hampir sama dengan upacara Tepung Tawar, yaitu untuk memohon pertolongan Allah agar terhindar dari berbagai ancaman.


Referensi:
www.pontianakpost.com. “Ratib Saman Kini Mulai Terlupakan” diunduh tanggal 28 September pukul 07.24
www.kompas.com. Ratiban, Serat Manikmaya dan Anehnya Pikiran Manusia” diunduh tanggal 28 September pukul 07.27


*Penulis adalah mahasiswa program studi Indonesia, FIB UI, angkatan 2008