Minggu, 16 Desember 2012

Percikan

Selama ini tak kusangka senyummu berarti
Mungkin itu karena ku telah terbiasa dengan segala yang kau beri
Dari mulai terdengar kokokan ayam sampai terbenamnya mentari
Ruhmu bersemayam dan tak sadar terus menyelimuti

Sampai tibalah suatu ketika langkahmu menjauh pergi
Ingin sekali kuhisap jejak-jejakmu agar tetap di sini
Apa daya jika memang aku harus menanti kau kembali
Telah kusiapkan satu hati untuk kemudian kau isi



_16 Desember 2012
FAL

Sabtu, 15 Desember 2012

Mendung vs Hujan

Selamanya kita mungkin bisa dapat menyimpan perasaan. Menggantungkan sikap dan keputusan kita selayaknya langit mendung yang entah kapan dinaungi hujan. Lalu apakah mendung atau hujankah yang lebih baik serta banyak berkahnya? Kenapa saya harus bertanya?

Mendung itu merupakan gejala alam ketika awan "menyimpan" gas-gas hasil penguapan serta sudah terlihat lelah membawa gas-gas tersebut. Wajarlah jika ia lalu terombang-ambing diterpa angin, mengikuti arah yang tak tentu sehingga gelaplah daerah yang dilaluinya. Gelap. Seumpama rahasia hati yang penuh misteri dan hanya mampu bergemuruh sepi, sendiri. Sekeliling daerah yang dilalui awan terlihat seperti biasa saja, tapi sedikit samar. Hawa sekitarlah yang mampu menjelaskan keanehan yang tak terbaca kelima indera. Terkesan  baik-baik saja, padahal berhawa berbeda.

Keganjilan hawa akhirnya tak selamanya tanpa jawab. Jawaban satu-satunya yang melegakan adalah keteduhan hujan. Hujan mampu "menguraikan" serta "mengungkapkan" segala yang terlihat samar. Walaupun sering pula pengungkapan itu diiringin caci maki benci. Namun, itulah bentuk "pengembalian". Kembali menuju cahaya terang, bersiap untuk menyuburkan tanaman-tanaman yang kering. Dengan atau tanpa pelangi hujan memberi kesan indah penuh sensasi. Membasahi debu-debu di jalan dan mengalirkan segala jenis kotoran. Meskipun sesekali petir dan gemuruh bersahutan, tak begitu lama ia akan berhenti. Di satu titik akan kembali menjadi normal, seperti sedia kala, tanpa ada yang tersembunyi. 

Antara mendung dan hujan, manakah cerminanmu?


_Fitri Apriliani Lestari
16 Desember 2012, Today is Holiday

Surat (Syair) Kebencian

Terima kasih telah buatku tersesat dalam isyarat.
Atas segala bujuk rayumu yang kuanggap matra hebat.
Dibumbui sapaan lembut, senyum manis, serta tatapan hangat,
ditambah pula perhatian penuh rasa sayang nan bersahabat.

Berapa lama baru kutersadar bahwa itu hanya dusta tersirat
Setelah kau abaikanku saat ku semakin jauh terjerat,
Menjauh dariku seolah aku virus yang menyebar cepat.

Lalu kini ku coba berdiri bertahan walau terasa berat
dan lihatlah nanti di suatu saat,
Firasatku dulu dengan mudah menjadi tepat,
kemudian kau akan datang kembali padaku merapat
Sayangnya, di hatiku tiada lagi tempat
untuk orang yang terlanjur kusebut pengkhianat.
Itulah tanda perasaanku padamu telah tersumbat.
Mungkin oleh amarah, benci, dan dendam kesumat!


dibuat saat hati dipenuhi cinta
_Fitri Apriliani Lestari, 15 Desember 2012

Minggu, 09 Desember 2012

Surat Pengakuan Baik-Baik Saja

Aku berjanji tidak lagi mengganggu harimu yang letih
Mungkin penting sekali untuk kutegaskan bahwa jangan-jangan kau salah mengerti
aaahh.. jika ku tahu semua akan menjadi begini, lebih baik kusimpan kejujuran itu sendiri
Jangan kau bergegas pergi karena tak dapat memberiku sedikit rasa simpati
Sungguh, aku tidak berharap menjadikanmu sesuatu yang kumiliki
Tidak kemarin, sekarang, atau pun kemudian hari
Buanglah rasa bersalahmu karena sungguh aku tidak bersedih
Aku bukan perempuan peminta-minta hati
Yang gampang menyerah tanpa mengenal kata mandiri

Seandainya  kehadiranmu menyengsarakanku, itu semua tlah kunikmati
Kuakui bahwa engkau bukan hanya sepenggalah kisah tanpa arti
Tetapi, ingatlah aku telah siapkan langkah-langkah kaki
Untuk menapaki berjuta derap mencapai mimpi

...
Bersama dia yang selama ini tidak pernah kucari
Namun, datang ke dalam sukmaku dengan pasti,
dia yang mencintaiku dan karena itulah aku mencintanya tanpa henti

Saat kau rapatkan pintumu bagiku pun, aku tak pernah peduli,
kecuali jika memang kaulah jelmaan dia yang memegang sebuah kunci hati
dan aku hanya dapat tertawa karena itu tidak mungkin terjadi.
Jadi, mohon kau dengarlah, bahwa hatiku tidak pernah tersakiti
dengan atau tanpa dirimu di sisi.
Bisakah kau cerna ungkapan jujurku satu kali ini?


_kepadamu yang dulu pernah kusuka
izinkan aku untuk jadi temanmu saja_

10 Desember 2012. Senin
oleh Fitri Apriliani Lestari


Surat Cinta Celaka

Tanggal 9 Desember pukul 10.25 PM (bertepatan dgn petandingan derby manchester yg dimenangkan MU)

Hari ini, di saat orang menggaung-gaungkan gerakan anti korupsi
atau di waktu yang sama pula mengagung-agungkan kemenangan tim sepakbolanya
aku hanya ingin membicara-bicarakan tentang kamu: tempat segala cinta berlabuh.

Kenapa begitu?
Karena aku menghindari kesamaan, dapat pula dikatakan mementahkan momentum yang diambil orang kebanyakan. Ya, aku ingin berbeda, sebagaimana aku dapat mencintaimu dengan berbeda atau sebutlah istimewa. Sampai kapan pun kau tak akan menyadarinya, menyadari aku mencintaimu karena sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang membuatku jadi berbeda pula. Perbedaan yang terlalu mampu memusnahkan logika dan menghanguskan makna berbagai kata. Entah dari mana aku dapat menyimpulkan bahwa ini memanglah sebuah cinta. 

Biarlah aku tiada cakap menyerukan anti korupsi
Namun, aku telah mampu mengajari hati untuk selalu jujur terhadap diri sendiri: jujur dalam mencintaimu
Biarlah aku tiada sanggup bersorak atas segala kemenangan 
Namun, aku telah terbiasa mengalahkan ego untuk meraih cintamu dengan perjuangan.

_inilah aku yang tiada bosan mencintaimu walau letih dan sedih_


091212
Fitri Apriliani Lestari 

Sabtu, 01 Desember 2012

Menulis (lagi)

Saya memang bukan penulis profesional. Akan tetapi, saya sangat menggemari tulisan dan bercita-cita punya tulisan mandiri. Jika tulisan saya yang tercecer dari beberapa tahun lalu disatukan, mungkin sekarang sudah jadi beberapa jilid buku (tentu saja harus diedit plus-plus dulu sebelumnya, hahai). Menulis itu sebaiknya memang tidak ada tuntutan macam-macam. Kenapa? Ya karena dengan begitu akan memudahkan kita untuk menulis dan tidak menjadikan aktivitas "menulis" sebagai beban. Oleh karena itu, untuk jadi penulis kayaknya harus punya ke-PEDE-an yang tinggi. Menulislah sesuai kemampuan kita, seenaknya kita menyampaikan ide, tanpa harus mengingat rambu-rambu penulisan. Bagi saya inti menulis itu cuma butuh satu sikap, yaitu jujur, selebihnya akan ngikut nantinya. 

Kok saya agak sok tahu tingkat dewa gini ya? Ah, tidak masalah, yang penting saya selalu menikmati tulisan saya seburuk apa pun itu. Ciri-ciri menikmati tulisan sendiri adalah ketika kita baca ulang tulisan kita di kemudian hari, terdengar sayup-sayup hati kecil berkata, "Kok gue bisa nulis kayak begini yah?", atau jika yang kita tulis sebuah karya sastrawi (puisi sih kebanyakan), hati kecil kita akan berkata, "Ini maksudnya apaan siy, kok gue yang bikin aja ga ngerti. Beneran nih, puisi ini gue yang nulis?"

Nah, jadi nulis aja deh dulu dengan kejujuran, resapi tiap huruf yang berbaris rapi membentuk bangunan-bangunan kalimat serta paragraf. Menulislah maka kita ada. Menulislah untuk menciptakan jejak-jejak sejarah hidup kita, walau itu sederhana. 



oleh Fitri Apriliani Lestari
Alumni Prodi Indonesia UI 
yang sekarang hanya karyawan biasa penggemar sastra
_2 Desember 2012

Ketika Kembali

Ternyata...
menjauh darimu tidak memerlukan banyak waktu
pikirku dapat bertahan sejenak untuk menjaga jarak,
malah kudapati hatiku kian menjadi retak.
Mimpi-mimpi, impian, serta harap
lama kelamaan semakin hilang menguap,
seiring adanya diriku di sini menetap.

Segala kehampaan jiwa bukan tanpa sebab
tidakkah kau tahu hanya ada satu jawab,
yaitu: engkau!
Tubuhmu yang tak lagi dapat kudekap
Harum aromamu yang semakin sulit kuhisap
Teduh matamu yang jauhlah 'tuk kutatap

Aku ingin kembali,
telah kusiapkan segenap kekuatan untuk berlari
memeluk erat dirimu dan tak rela kulepas lagi
Aku tahu segalanya itu penuh konsekuensi
karena akulah yang pertama bergegas pergi
lalu sekarang aku pula yang merengek 'tuk kembali
meski kau hujaniku dengan umpatan kecewa serta caci maki,
senyuman sinis, dan juga sejumput rasa benci,
yakinlah aku tetap setia di hadapanmu menanti,
menanti untaian kata yang kau ucap dengan hati-hati
: "Dirimu pergi memang untuk kembali karena akulah yang kau cintai."


2 Desember 2012
_bukan tentang siapa

Aku = Pilihanmu

Pasti kamu menyangka aku berubah ya?
Setelah terbawa emosi sesaat untuk menjauh darimu serta dengan keras kepala berjanji sanggup bertahan tanpa dirimu, lalu sekarang apa?

Tiba-tiba.. menjauh sebentar saja darimu, satu per satu bagianku menghilang.
Dalam beberapa hari aku terbakar, segera ingin berlari seolah dikebiri oleh kenyataan yang jauh dari mimpi.
Sebulan setelah itu, aku merasa mulai terbiasa dan segala hal dapat kuhadapi sempurna.
Bulan berikutnya tantangan semakin tak ternikmati, mencoba sekuat hati berdiri walau jiwaku habis tanpa isi.
Ya, aku bertahan dengan tambalan-tambalan hati yang aku pun tiada dapat mengerti
Mungkin inilah buah dari pengharapan atau azab dari kekecewaan?
Mulailah aku kian tersesat dengan berbagai arti.
Haruskah kutampung sementara semua hasrat agar mampu memperhatikanmu di sini dengan cermat
atau lebih baik kuberlari meluapkan hasrat terdalam 'tuk menggapaimu sampai dapat?

Katakan, apa yang kaupilihkan untukku, "'Bertahanlah,' atau 'Kembalilah'"?


2 Desember 2012
_ini bukan tentang siapa