Jumat, 17 Mei 2013

Bulan-bulan Terakhir

Sebentar lagi semua berakhir kan?
Aku seperti tak bisa menahan gejolak.. gejolak menjadi apa yang dicinta.

Terima kasih atas segala penerimaan dan pemberianmu selama ini, tapi ingin sekali kucepat berlari, pergi. Meraih kembali semua mimpi.

Sebentar lagi, biar aku saja yang rutin menghitung hari.

_17 Mei 2013@apotek

Minggu, 05 Mei 2013

Sharing grooming

"Ya, saya seorang muslimah, berjilbab, dan berbeda."

Ada apa dengan sebaris kalimat tersebut? Sebut saja sebuah komitmen ulang atau penegasan. Sebuah ungkapan pembela. Pembela diri dari segala betuk kemaksiatan dan kenistaan yang orang kafir hembuskan terhadap para muslimah.

Ungkapan ini terinspirasi dari sebuah memo yang baru saya baca. Memo yang berisi peraturan baru perusahaan tentang grooming. Saya sadar betul bekerja di perusahaan retail yang mengharuskan karyawannya berinteraksi langsung dengan customer ,para karyawan wajib menjaga penampilan sebaik mungkin. Namun, bagi saya, ada beberapa poin tentang grooming yang berlebihan dan tidak sesuai bagi muslimah "yang berbeda".

Masalah seragam. Sejak masuk ke dalam perusahaan, kami hanya mendapat seragam ala dokter berwarna putih. Untuk muslimah tidak diberikan jilbab berwarna khusus sebagai seragam. Jadi, untuk apa tiba-tiba ada peraturan yang mengharuskan jilbab berwarna putih serta harus memasukkan ujung jilbab ke dalam kemeja. Memasukkan ujung jilbab ke dalam kemeja= memasukkan jilbab ke dalam pakaian, betul demikian?

Hal berikutnya adalah tidak disarankan menggunakan rok panjang karena dapat mengganggu pekejaan. Haaah? Apakah sudah dilakukan survey terhadap hal tersebut. Jika ranah pekerjaan yang bersangkutan adalah polwan lalu lintas atau tentara militer wanita mungkin memang bisa mengganggu. Akan tetapi, pekerjaan di apotek yang seperti apa yang dapat mengganggu jika memakai rok panjang?

Sabtu, 04 Mei 2013

Percikan di Sebuah Masjid

Sepasang sepatu ungu itu hanya sendiri. Ditinggalkan kawan-kawannya yang baru saja pergi. Pasrah ia menahan gempuran panas matahari tanpa teman bicara. Dia tahu yang menyelamatkannya dari kesendiriannya adalah seruan azan Zuhur. Menantilah ia dengan sabarnya.

050513_Masjid At Taqwa

Jumat, 03 Mei 2013

Kisah Fitri di Apotek

Agak alay banget memang judul postingan ini. Maksud hati ingin serupa judul lagu chrisye: Kisah Kasih di Sekolah. Tapi apa daya, nama dan tempat harus disamarkan, hehehe.

Banyak kisah yang saya dapat dari pekerjaan yang sangat "wow" ini. Maklum, ranah pendidikan saya tidak sejalan dengan pekerjaan sekarang. Yang tadinya terdidik "absurd" di kampus, di kerjaan harus seriurd, eh, serius maksudnya. Oleh karena itu, terjadilah banyak kebodohan sederhana yang saya buat di apotek. Kenapa saya sebut kebodohan sederhana? Karena tidak sampai merugikan orang lain, paling saya yang diomel-omelin dikit atau diketawain.

Hal yang umumnya terjadi dan sering sekali adalah salah dengar nama obat. Ini wajar seharusnya, karena pengetahuan saya tentang obat-obatan minim, banget! Bukan hanya itu, jumlah obat yang banyak tentu saja membuat diri ini kerepotan menghapalnya. Waktu saya baru masuk beberapa hari, ada customer yang mencari lacbon (obat diare), eh, saya dengarnya lakban (perekat) terus saya ulang ke bapaknya begini, "Lakban? Ga ada, Pak, coba cari di Indomaret."

Tentu saja si bapak ngomong lebih keras sambil ketawa, "Lacbon mba, bukan lakban."'

Hahaay. Ya sudah pasrah diketawain seisi apotek. Teman saya sampai geli sendiri.

Tidak aneh jika baru masuk masih salah. Nah, tapi, ketika sudah berbulan-bulan kerja di apotek saya masih saja salah-salah dengar, eemm.. Sepertinya memang pendengaran saya perlu perhatian lebih (mau bilang bolot aja disebut butuh perhatian lebih, hehe). Contoh kebolotan saya terjadi hari ini, baru saja, Ibu-ibu datang menyebut nama sebuah obat yang sependengaran saya adalah Tremenza. Tremenza memang tergolong obat batuk tingkat "dewa" yang sudah lama kosong. Langsung saja saya bilang, "Obatnya kosong, Bu."

Lalu si ibu ingin cek harganya. Ya sudah saya cari sambil ngomong, "Kalo tremenza itu,..."

Nah, si ibu langsung menyela dan bilang, "Promensil, mba, bukan yang mba sebut." Ibunya pun memperlihatkan resepnya ke saya. Astaghfirullah. Kuping saya lagi ngelaba kemana tadi, dari promensil kok jadi tremenza. >_<


4 Mei'13_di apotek