Minggu, 28 Juli 2013

Muhasabah Kejadian Mesir

Bulan ini sungguh menjadi bulan cobaan bagi saudara muslimin di Mesir. Presiden yang menang karena suara rakyat harus dikudeta atas nama militer. Entah konspirasi apalagi di balik segala kejadian ini. Namun, saya lantas berpikir, pasti ada sesuatu yang ingin Allah sampaikan. Sesuatu yang bukan hanya satu tanpa makna, melainkan luas akan hikmah.

Mesir. Saat mendengar satu kata itu saja terucap, kita langsung mengingat Islam, serta teringat pula oleh Qur'an dan pendidikan. Ya, Mesir terkenal dengan sebagian besar rakyat yang dalam kesehariannya senantiasa bersama Qur'an. Sungguh pasti Allah mencintai manusia yang cinta terhadap Qur'an. Tidak heran Allah memberi "peluang" lebih besar terhadap manusia yang dicintai-Nya untuk menunjukkan bukti kecintaan kepada-Nya melalui ujian yang layak. Ujian yang membuat manusia tersebut lebih dekat pada-Nya.

Lantas, bagaimana dengan diri kita sebagai rakyat Indonesia? Mungkin cobaan yang Allah berikan kepada kita belum sampai tahap sana. Jangan tanya mengapa, jika dalam mendoakan saudara kita pun, kita masih gagap mengutarakannya kepada Allah. Lalu harus apa? Jangan lagi banyak berkata tanpa kerja selain melayakkan diri sebagai salah satu manusia yang Allah cinta. Sesungguhnya terpaan badai adalah uji kekokohan terhadap atap dan pondasi sebuah bangunan.

Mari berinstropeksi, melayakkan diri, dan selalu teguh di jalan Illahi.

#pray for all muslimin in this world

@ruang_28 Juli'13
22.33

Selasa, 23 Juli 2013

Tentang Mimpi (lagi?)

Dua hari yang lalu, seorang teman menyinggung seputar mimpi (baca: harapan) di sebuah grup sosial media. Kami menyebutnya mimpi bersama di kala kuliah, terutama ketika skripsi. Saya hanya tertegun, antara mengiyakan dan mempertanyakan. Dalam hal ini saya tidak mempermasalahkan tentang kesanggupan karena semua hal positif memang selayaknya kita sanggupkan. Akan tetapi, satu hal yang mengganjal: benarkah mimpi di kala kuliah itu adalah suatu yang benar untuk dipertahankan hingga nanti?

Hampir setahun saya mengecap dunia profesional atau karier menjadikan mata dan hati lebih terbuka. Dari sanalah saya mengenal lebih banyak sudut pandang dalam memilih, kemudian menilai dan selanjutnya menentukan langkah. Bukan hanya itu, kejujuran dan toleransi pun semakin terasah. Jika begitu, masih layakkah saya mempertahankan mimpi di kala kuliah? Pertanyaan ini pun mnggantung di "keraguan" jiwa.

Tulisan ini bukan ingin menjawab keraguan saya, melainkan mempermainkan pikiran saya perihal mimpi. Mungkin saya sedang tidak mencari jawaban, tetapi sedang berusaha menemukan kesungguhan. Kali ini saya tidak boleh salah dalam mengungkap sekecil apa pun sebuah harapan. Segalanya harus dengan kesungguhan penuh. Mengapa? Karena saya tahu Allah Maha Mendengar sebisik-bisiknya sebuah mimpi dan harap.

Sekarang, izinkan hamba menemukan kesungguhan untuk menuju-Mu, Rabb. Sebaik-baiknya cara untuk menuju-Nya, itulah satu mimpi yang pasti memiliki banyak jalan. Lalu peta manakah yang harus saya pakai agar jalan yang saya ambil tidak buntu serta tepat tujuan? Wallahu'alam

@ruang_ 23Juli'13

Jumat, 19 Juli 2013

Sesosok Teman Berjalan (NK_1)

Dia orang yang mengajariku sebuah perjuangan. Melankolis dan penuh drama sinetron kehidupannya, sungguh tidak kusangka bahwa itu nyata. Dia adalah gadis keturunan Jawa yang merantau ke pulau Sumatra, kemudian mencari nafkah ke Jakarta.

Kerasnya hidup membuat dia harus mandiri meskipun halus perasaannya. Gesit, terampil, dan anti noda menjadi ciri bagi dirinya. Entah berapa puluh ungkapan sayang dia lontarkan untukku, tapi aku? Bahkan aku sulit menghitung berapa banyak rasa sayang yang tidak mampu kuucapkan untuk dia.

Jarak akhirnya memisahkan raga di antara kami. Semoga jiwa tetap saling berdoa dalam sepi. Harapku rasa sayang itu selalu terpatri di hati.


@ruang
190713, nure sayang

Minggu, 07 Juli 2013

Malam Terakhir

Perlu sekali ditulis. Hari ini, Minggu, tanggal 7 Juli 2013, saya Fitri Apriliani Lestari melewati jaga apotek shift malam sendiri. Yuhuu.. Akhirnya selepas dikasih tambahan karyawan bertubi-tubi sejak tanggal 25 Juni, saya jaga sendiri lagi malam-malam. Ini kali terakhir, bung. Entah harus sedih atau senang atas hal tersebut.

Mulai besok-besok shift malam minimal berdua. Shift pagi pun berdua, kecuali ada yang libur. Maklum jumlah personel sekarang ada empat, jadi pas berdua-dua. Senangkah? Tentu, terlebih lagi beberapa hari lagi Ramadhan, setidaknya bisa lebih fokus ibadah. Tidak fokus-fokus amat sih secara ada dua kerjaan: apotek dan sekolah. Bismillah. Dengan niat yang sungguh-sungguh karena Allah semua bisa berjalan lancar dan berkah.

Pada malam terakhir ini, saya harusnya mempersembahkan wujud syukur sedalam-dalamnya.