Selasa, 09 Desember 2014

Belanja Online Perdana

Zaman canggih sedemikian rupa kayaknya teramat ketinggalan modern kalau belum pernah belanja online. Iyakah? Berarti saya termasuk golongan "konvensional" karena baru di akhir tahun 2014 ini menjajali belanja online. Ternyata, agak kaget bercampur seneng juga yah ketika barang idaman telah sampai rumah dengan aman plus tepat waktu.

         Barang yang saya beli adalah satu barang yang saya hampir tiap bulan pasti beli: buku. Selama sekian tahun saya sudah nyaman belanja sambil berlelah-lelah nongkrong di toko buku. Selain bisa puas baca resensi buku keluaran baru atau kalau beruntung ada segel yang terbuka bisa curi-curi kebut baca, saya pun bisa memilih buku yang tepat buat dibaca. Biasanya yang saya amati jenis kertas, font huruf di dalam buku, template serta peletakan ornamen atau gambar di dalamnya, hehehe ribet yaah. Nah, jadi memang sebenarnya saya keseringan tidak punya tujuan judul buku yang saya pengen baca, walaupun terkadang sudah punya incaran satu judul, masih berasa kurang kalau cuma beli satu. Itulah kenapa saya seneng nongkrong di toko buku, tiba-tiba dapat inspirasi beli ini-itu.

         Walaupun beli buku online menghemat waktu, dapat diskon, serta praktis, kayaknya saya akan jadi pengunjung tetap toko buku. Ada hal-hal yang tidak bisa tergantikan antara beli langsung dengan via online. Tetapi sebenarnya lebih sakit hati pas mengincar banyak buku di toko buku, sayangnya uang tidak cukup padahal itu buku luar-dalem sudah oke, terus keluar dengan hanya beli satu buku, dibandingkan lihat-lihat katalog buku online, eh kagak beli walau tertarik.

         Beli buku online memang tepat ketika kita sudah tahu kapasitas dan kapabilitas buku yang akan kita beli, kok aneh yaa bahasanya. Mungkin jika kita punya penulis buku idaman dan mengkoleksi karya penulis tersebut atau buku berseri yang sudah top kualitasnya dan kita mengikuti alurnya, sok atuh, bisa pilih beli online. Untuk orang tipe saya, bisa juga cuma menge-check tampilan buku, resensi belakang buku, dan harga ke toko buku, terus untuk buku-buku yang oke bisa ditandain dulu tanpa langsung beli. Maksudnya coba dibandingkan dengan harga di online bookstore. Kayaknya bisa sangat jauh harganya jika kita mau beli banyak buku, hemat via online.

         Saya kebetulan baca-baca dari internet kalau toko buku online yang terpercaya bagus, yaah bukabuku.com. Memang iya ternyata. Secara saya anak baru, saya coba membeli buku yang harganya agak "kejam" alias murah dan cuma 1 doang belinya, ckckckc. Sebenarnya saya beneran ingin tahu seberapa bertanggung-jawabkah toko buku online tersebut mengirimkan barang. Eh, ternyata ongkos kirim hampir setengah harga buku yang saya beli, hahaha, kena deh. Tetapi, akhirnya berbuah indah setelah sampai juga tuh buku. Selanjutnya saya sudah percaya untuk berbelanja buku online dan tidak khawatir penipuan. Belanja buku online pun hanya saat-saat tertentu dengan strategi yang betul agar tidak mengalami kerugian. Ruginya bukan hanya harta dan waktu, bagi saya rugi kepuasan batin lebih dihindari. Biarlah capek jalan berlelah keliling asal puasnya poooool daripada capek liat-liat katalog buku, tapi hampa karena ga bisa mencium wangi lembaran buku baru.

Online NO online siih tergantung pilihan dan kebutuhan.

Online NO online siih tetap belanja buku.

Online NO online siih harus wajib kudu baca!

        

@ruang
9 Des'14_ 19.06

Kamis, 04 Desember 2014

Kisah Izka (bagian 1)

Ada seorang Izka, Izka Salsabila nama lengkapnya.
Anak perempuan ini cantik dan senang makan permen.
Suatu hari, dia kesepian karena tiada ada yang mengajak bermain.

Dia terus makan permen sendiri karena semua temannya telah pulang ke rumah. Biasanya setelah pulang sekolah, dia bermain dengan Sofi, kakak kelasnya. Namun, hari itu Sofi sakit sehingga Izka sedih sekali.

Izka ingin sekali menonton TV channel favoritnya, Cartoon Network dan Disney Junior, tetapi Ummi dan Abinya melarang dia menonton. Dia hanya boleh menonton setiap hari Jum'at, Sabtu, dan Minggu. Sayangnya, hari itu hari Kamis, dia tidak bisa menonton.


Izka bingung, dia tidak ada teman main, tidak boleh nonton TV, lalu apa yang harus dia lakukan? Supaya dia tidak sedih, Izka membayangkan abi membelikannya lemari hello kitty. Andai saja keinginan Izka terwujud.. (bersambung)





@Kawaakib
4 Des'14_ 14.57







Rabu, 26 November 2014

Hari Guru....? Oh Yeaah

Hampir satu semester saya lewati tahun ajaran ini sebagai wali kelas 3 Nuh. Profesi yang amat saya hindari di awal penugasan dari kepsek dan wakepsek kurikulum. Kelas tertinggi di sekolah, tapi paling sedikit jumlah muridnya. Murid boleh sedikit, eeiitsss ternyata  jumlah tugasnya malah makin banyak dari tahun sebelumnya. Terbukti dari kurang update tulisan saya tentang penghuni "galaksi" Nuh itu.

         Bintang-bintang Nuh yang semuanya lelaki, yang berasal dari macam-macam sekolah secara mereka semua pindahan. Masya Allah. Tantangan yang berasa bagi saya, itu juga yang membuat saya rada berat menulis banyak tentang mereka sejak kemarin-kemarin. Semakin kita memikirkan beratnya tantangan, kita semakin lelah dan banyak penyakit hati lain yang muncul. Jadi, saya memilih menerima mereka apa adanya, berusaha bangkit sedikit dari kekurangan saya, dan menikmati kebersamaan dengan mereka, itu saja.

         Sampai tiba hari ini dengan tidak terduga, rombongan kelas 2 Sulaiman mengetuk pintu kelas Nuh dan memberikan kertas ucapan selamat hari guru untuk saya. SURPRISE!! Rada terharu. Sebagian besar kelas 2 yang memberi kertas ucapan untuk saya adalah perempuan, yang dulunya peergroup dengan saya. Untuk di kelas saya sendiri (kelas 3 Nuh), saya yakin tidak bakal segitunya, wajar karena mereka lelaki semua. Eeh, ternyata.... Selesai istirahat, saya tidak boleh masuk ke kelas dulu sampai beberapa menit. Setelah saya masuk, kelas gelap dan ada dua cokelat diletakkan di dekat papan tulis. Waaaah....ternyata dua orang murid saya telah menyiapkan coklat untuk saya. So sweet, so romantic!

        Mereka tahu dari mana selama mengajar kelas 3 ini saya sering banget makan coklat serta es krim berkali-kali untuk hilangkan stress? hehehe..

Boys, I love you coz Allah do that. ;-*



@ruang
26 Nov'14_ 19.00

Selasa, 16 September 2014

Berjalan Terus Menuju Mimpi

Seumpama jalan tol di ibukota Jakarta, macet di pertengahan jalan, tak mungkin ambil jalur keluar sampai benar-benar tiba di batas yang ditentukan. Menunggu. Sabar di tempat, cukup maju perlahan saja. Ambil selalu jarak aman.

Jika memang ingin berhenti, tentu tidak bisa seenak hati
Jalanan ini bukan hanya milik sendiri
Segala aturan sarat syarat  harus terpenuhi

Teruslah berjalan meski langkah makin gontai
Yakinlah pertolongan akan datang berantai
Bukan semata karena kesaktian diri,
Melainkan belas kasihan Sang Maha Pemberi

Hadapi, hadapi, hadapi!
Walau terpaan virus-virus penyakit mengintai,
Meski kualitas hidup bobrok perlu diperbaiki
Cobalah beresi dan benahi

Tiada pilihan untuk bergegas pergi tanpa permisi
Hadapi, sampai kebosanan lelah mencari..

Jadilah pribadi terhormat
Yang sudi bersusah penat
Hingga jejak kebaikan jelas terpahat
Saat itulah kau tenang berbalik berangkat,
... menuju hal-hal ajaib yang ingin kaudapat

Bismillah


@ruang
16 Sept'14_ 21.05

Jumat, 05 September 2014

Saat Kunyatakan Cinta

Kuterus coba mencintai dengan berani
Tak gentar menerjang jalan penuh duri
Tetap bersyukur atas nikmat yang tiada henti
Ya.. mesti letih lelah bosan menyergapi
Beribu gelap liku jalan tetap kutelusuri

Dengan banyak harap:

Semoga kelak mencapai ridho illahi Rabbi



@ruang
6 Sept'14 _ 13. 55

Kamis, 07 Agustus 2014

Asal Mula Kelegaan

Tenang sekali di malam Jumat penuh rahmat ini. Tumben!

Bukan berhubungan dengan hari apa ini sebenarnya, melainkan momen hari esok yang biasanya saya "benci" sekali. Momen apakah itu?

Taraaaaaaaaah....
Back to school with many of tasks administration not finish yet!
Maaf jika penulisan sok bener bahasa Inggris saya keliru.

Datang dari mana sih ketenangan saya itu. Mungkin dari penemuan saya terkait masa depan, passions, harapan, yang semoga saja berkah dari kesakitan saya di dua hari akhir Ramadhan kemarin. Harapan itu bukan terletak di rumah para bintang yang mulai hari Senin akan saya temui memang, namun, saya merasa lebih "plong". Plong karena mengetahui, menyetujui kemudian akan mempertahankan gairah serta aroma masa depan itu.

Jalan kebaikan itu banyak sekali, salah satunya menjadi pendidik di rumah para bintang. Akan tetapi, saya ingin melipatgandakan jalan kebaikan dengan kebermanfaatan, serta gairah kebahagiaan terhadap mimpi saya. Proses menuju mimpi itu masih panjang. Oleh karena itu, saya harus menyelesaikan program, kewajiban, tantangan di tempat saya berkreasi sekarang hingga 2 tahun mendatang. Harus segera selesai dengan sebaik-baiknya dengan niat jihad (kebersungguhan) sebenar-benarnya karena Allah. Sungguh, dengan itulah saya berharap Allah memudahkan serta mempercepat jalan untuk mencapai mimpi yang saya idamkan. 

That's it! Bismillah
Jika tantangan itu mudah dilalui, pasti syurga kehilangan aroma nikmatnya.
Nikmatilah perjalanan, mintalah Allah untuk menguatkan.

Fighting!!!



@ruang
7 Agustus 2014_ 19.04

Jumat, 25 Juli 2014

Ketulusan

Baru saja saya mendapat broadcast via grup WA tentang kegigihan para saksi untuk kemenangan presiden nomor urut 1. Mereka datang dari berbagai provinsi di nusantara, yang awalnya hanya bertugas menyampaikan dokumen terkait hasil pemungutan suara di daerah mereka, ternyata harus berjuang menangani kecurangan selama berhari-hari.

         Bagi saya perjuangan mereka luar biasa, begitu tampak komitmen serta pengorbanan mereka. Seolah-olah perang sudah di depan mata dan tiada lagi alasan untuk mundur. Walaupun, ini memang sebenar-benar perang secara "ideologi kekuasaan". Ketika di 10 malam terakhir Ramadhan, saya dan sebagian teman berenak-enakan ber-i'tikaf, mereka BEKERJA. Ketika sebagian besar rekan telah pulang kampung berkumpul dengan keluarga, mereka tetap BEKERJA. Saya kehilangan bahasa untuk semangat mereka. Tadinya saya pikir yang saat ini sedang berjuang sangat keras hanya saudara-saudari di Gaza, nyatanya saudara-saudari di tanah air pun sedang berjuang keras dalam ranah yang berbeda dengan tujuan yang in sya Allah sama.

         Masya Allah...

         Mereka yang berjuang di tanah air ini, belum mencapai perjuangan sekelas saudara-saudari di Gaza. Jika perjuangan mereka berhasil pun, mereka hanya tetap menjadi rakyat Indonesia biasa, tanpa harta melimpah, jabatan, serta popularitas. Namun, bukan itu nilai yang harus kita ambil. Saya melihat nilai ketulusan dan kedambaan tegaknya keadilan di bumi ini dalam perjuangan mereka.

         Berjuang dengan ketulusan adalah harga mati bagi kita untuk Indonesia dan dunia Islam. Biar Allah saja menjadi satu tujuan.

Wallahu'alam

"Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dengan harta dan jiwa mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan." 

(Q.S. At-Taubah: 20)



@ruang

25 Jul'14_ 16.50


Senin, 21 Juli 2014

PR Besar

Setiap perilaku kita pasti dimintai pertanggungjawaban, sekecil apa pun itu

...... *blank*

Untuk memulai pemaparan saja sudah bingung duluan. Mungkin karena saya sebagai penulis blog merasa banyak perkataan yang tercatat di blog ini masih jauh dari siap untuk dipertanggungjawabkan. Rumit ya, bahasa saya. Intinya lebih banyak kesalahan dan ke"ngasal-an" dalam isi dan kebenaran di blog ini.

         Selama ini seberapa manfaat tulisan sederhana dalam blog ini? Seberapa banyak pencerahan yang tersurat atau tersirat di dalamnya? Eemmm... Masih menjadi PR besar bagi saya. In sya Allah kesadaran tentang pertanggungjawaban tersebut bukan sebagai peberhentian, melainkan pengawalan yang lebih baik.

Tiada tindakan sesederhana apa pun yang lepas dari pengawasan Allah.

Bismillah..

@ruang
21 Juli'14_ 19.17
Di penghujung Ramadhan istimewa

Selasa, 08 Juli 2014

Pemimpin Cerminan Para Bintang

Di antara dua pasang  ketidaksempurnaan, kami harus memilih. Mungkin bukan siapa yang terbaik dari yang baik, bukan pula siapa yang buruk dari yang lebih buruk. Kedua pasang calon harus dipilih dengan berbagai kebutuhan sebuah bangsa saat ini. Semoga bukan pasangan yang mempercepat azab Allah kepada bangsa tercinta ini.

Bismillah..

Saya bukan ahli perpolitikkan yang mengikuti setiap berita politik beserta memberi komentar cerdas bagi perkembangan politik. Bukan. Saya menulis opini ini sebagai apresiasi, apresiasi kepada para "dosen" cilik yang banyak memberi inspirasi bagi kami, pembelajar sekaligus pendidik. Anak didik kami memberi pencerahan terhadap karakter "lurus" yang seharusnya setiap manusia miliki dalam proses pembelajaran yang tidak mudah bagi mereka. Anak didik kami, yang lebih tepat saya namai para bintang, sangat bersemangat untuk berubah menjadi lebih baik karena Allah, meskipun itu butuh waktu bagi mereka.

Pada awal sebuah tahun ajaran baru, kami akui begitu dahsyatnya tingkat keegoisan para bintang. Dalam bermain, mereka berlomba menjadi pemenang dan selalu menganggap curang sang lawan, tak peduli apa pun alasan dari kemenangan itu. Bagi mereka, kemenangan harga mati, tanpa toleransi. Bukan hanya dalam bermain, dalam belajar mereka berlomba selalu terdepan serta terbaik dalam kompetisi pelajaran. Jika temannya lebih unggul, sedihnya bukan kepalang. Ya, begitu keras hati mereka saat itu.

Kompetisi tidak sehat melahirkan prasangka buruk bahwa sang guru memihak atau tidak seimbang dalam penilaian. Kami pun berpikir sedalam-dalamnya untuk menjadikan para bintang lebih bersinar dengan aura positif. Persaingan dalam kebenaran harus ditekankan. Karakter positif dari mereka harus seluasnya dimunculkan. Bagaimanakah?

Satu langkah pertama:
mengenalkan para bintang tentang lapang dada, kebesaran hati

Langkah selanjutnya:
mengulang-ulang kembali di manapun dan dalam kesempatan apapun  tentang lapang dada, kebesaran hati, menerima kemenangan teman dengan gembira dan tidak iri terhadap kebahagiaan teman

Langkah-langkah selanjutnya:
bersabar menahan hawa nafsu untuk berbalik arah dari lapang dada, kebesaran hati, sambil terus berjuang untuk menjadi yang terbaik dengan cara yang baik

Langkah-langkah tersebut belum selesai sampai mereka dewasa dan terus melakukan perbaikan diri hingga tidak perlu merasa berat untuk berlapang dada di kemudian hati. Biarlah para bintang berkembang dalam pengingatan guru dan sesama teman sampai melekatlah hati yang besar dalam diri mereka.

Perlukah saya mengulurkan banyak kata untuk menghubungkan pembelajaran karakter para bintang di atas dengan pemilihan pemimpin Indonesia saat ini?

Singkat saja, para pendidik seperti kami, terutama saya, sungguh tidak rela menjadikan pemimpin angkuh serta sombong sebagai panutan serta nahkoda ketaatan kami.

Betapa sedihnya melabuhkan ketaatan kepada pemimpin yang tidak memiliki hati yang lapang dalam menerima saran-saran kebenaran. Betapa tidak sudinya memilih pemimpin yang hanya besar prasangka atas kecurangan yang belum terbukti benar dan menyibukkan diri meminta perhatian manusia seolah-olah dirinyalah yang paling tersiksa.

Sungguh malu rasanya jika memiliki pemimpin yang tidak punya kebesaran hati dan enggan menyetujui pernyataan benar dari orang lain, hanya dengan sepotong kalimat singkat, " Ya.. Saya setuju usulan itu.."

Hina sekali seorang pemimpin beralibi dengan santai sebuah kritikan dengan ucapan, "Mungkin, anda salah dengar atau salah lihat.."
Seandainya pun sang pengkritik salah dengar atau lihat, ucapan itu tidak dapat dikatakan pantas untuk seorang pemimpin BERHATI BESAR.

Pertanyaan besarnya,
Haruskah kita memilih pemimpin yang nyatanya harus kembali ke sekolah dasar untuk mempelajari karakter positif?

#cukupSATUalasanbagisaya


Rabu, 28 Mei 2014

Sulitkah Untuk Adil?

         Beberapa pekan ini galaksi Musa hanya memiliki saya sebagai pengatur kebijakan tanpa satu pendidik yang harus off sejenak. Para bintang perempuan sudah terbiasa sehari-hari bersama dengan kebijakan dan tata cara "ala" saya dalam peer group. Beda hal dengan para bintang laki-laki yang belum sangat terbiasa. Saya pun menjadi heran, jika menangani para bintang secara keseluruhan ( laki-laki dan perempuan) sikap galak saya lebih terasah.

         Suatu pagi di hari Senin, saya menetapkan kebijakan tegas, terutama terhadap tiga bintang laki-laki. Saat tak berapa lama beberapa bintang laki-laki melakukan pelanggaran kebijakan, otomatis konsekuensi pun langsung saya berlakukan. Reaksi para bintang perempuan, biasa: santai, flat. Hal sebaliknya terjadi di pihak laki-laki. Beberapa dari mereka kaget, mulai menghitung poin masing-masing, siaga atau berhati-hati agar tidak melanggar kebijakan, dan mulai beristighfar meski agak dipaksakan.

         Dalam satu sesi pembelajaran yang mendapat konsekuensi memang hanya pihak laki-laki. Ada beberapa bintang yang sudah mencoba mengerti tentang sebuah konsekuensi, ada yang pura-pura tidak peduli, dan ternyata ada pula dua bintang laki-laki yang kasak kusuk "ngerumpi". Kedua bintang tersebut merasa terdzalimi atas kebijakan yang tidak pernah diberlakukan oleh pendidik peer group mereka. Serpihan pembicaraan mereka terdengar seperti ini:

         "Kalau ada ustadzah X (pendidik peer group laki-laki), pasti kita dibelain deh. Ustadzah Fitri mah, menangin anak-anak perempuan doang, kita ga dibelain."

         Selama kedua bintang itu kasak-kusuk, saya hanya menatap sambil memperhatikan mereka. Akhirnya, setelah "ngerumpi" berdua, salah satu dari mereka buka suara kepada saya dari tempat duduknya.

         "Ustadzah Fitri mah udah ga sayang sama kita lagi," ujar bintang pertama sambil cemberut

        "Iya, sayangnya sama anak perempuan doang," lanjut bintang kedua dengan wajah yang kesal

         Lalu saya menjawab keluhan mereka dengan senyuman simpul saja, tanpa kata. Bingung sekali menjelaskan bahwa tidak ada ketimpangan kasih sayang terhadap mereka, laki-laki atau perempuan. Jika di galaksi Musa yang merasa tidak diperhatikan lebih adalah pihak laki-laki, di galaksi Ibrahim pihak perempuanlah yang pernah mengatakan bahwa saya tidak memperhatikan anak perempuan. Saya pun menyadari sebegitu pekanya perasaan mereka. Mungkin dalam kondisi seperti itulah keadilan itu diuji sejauh mana dia berhasil teraplikasi.

         Cukup banyak pembelajaran atau bahasa kerennya tarbiyah dari Allah yang saya dapatkan melalui bintang-bintang hebat tersebut. Adil bukan semata-mata memperlakukan secara sama, namun memperlakukan SESUAI dengan yang kadar seharusnya. Rumit ya?




NB: salut dengan kejujuran bintang Azka dan bintang Royhan di tengah kasuk-kusuk mereka.



@ruang_Rabu, 28 Mei'14
21.55

Senin, 05 Mei 2014

Saat "bapil" Kembali Beraksi

Mencari pilihan vitamin C yang harus diasup tubuh itu bikin bingung juga. Sedari kemarin, saya melahap hampir empat buah jeruk yang ternyata baru saya ketahui kadungan vitamin C-nya lebih sedikit dibandingkan buah kesukaan saya, pepaya. Apa boleh dikata, sejak penyakit "rutinan" saya (semoga jadi yang terakhir) memuncak di hari Jumat kemarin, saya mulai mencari-cari solusi penyembuhan terbaik. Sebelum pemuncakan terjadi, saya berniat mencegah dengan obat warungan yang saya minum malam Jumat dan berakibat "putus" ke sekolah keesokan harinya. Niatnya mencegah ternyata malah memperparah.

Saat pemuncakan terjadi, yang lebih dominan adalah pilek, namun batuk sudah mulai menggerogoti tajam juga sebenarnya. Saya tanpa pikir panjang minum obat bentuk tablet batuk pilek yang kelas apotek, bukan warung lagi. Tidak. Ya, tidak memberi efek. Hari Sabtu pun tiba dan kondisi saya membaik sedikit, tapi masih sangat bergantung pada tissue dan botol air minum. Beberapa teman dari ranah kesehatan, ada pula dokter, menyarankan vitamin C sebagai solusi.

Dasar saya memang masih apotek oriented, pikiran saya tertuju dengan kapsul botolan yang berlabel vitamin C. Saya masih ingat ketika masih bekerja di apotek, saya cukup rutin minum vitamin C botolan macam itu. Saat bapil parah saat itu , saya minum ehinacea plus vitamin C berjudul Imbo*s* bentuk effervescence dan ajaibnya bapil memulih tanpa tunggu hitungan hari. Ajaib ya, mungkin karena harganya wooow juga kali ditambah satu bulan menjelang expired date. Bayangkan, isi 10 tablet di atas seratus ribu harganya, subhanallah aja, memang antara terpaksa dan naluri ingin coba saat itu.

Sampai detik ini saya masih menimbang apakah memang harus beli vitamin C botolan untuk pemulihan atau ke pilihan vitacimin C lain. Yang pasti untuk obat saya jauhi dulu karena saya jenuh mengulang alur sakit "rutinan" ini. Obat itu bukan penyembuh, hanya pemulih sementara terutama bagi saya dengan bapil ini. Saya sudah cukup menghitung berapa kali ke dokter untuk berobat dan mengalami daur ulang yang sama setiap 3 bulan. Saya merasa ada yang harus dibenahi dari sistem imun saya yang tidak bisa dibungkam dengan obat. Drug is not solution anymore for me.

Saya tidak boleh kalah dengan kesakitan ini. Ketidaksabaran untuk sembuh juga mempercepat saya untuk menyerah kembali kepada obat. Pekerjaan sebagai pendidik sekaligus pengajar pun mau tidak mau ada masanya untuk stress. Apa jadinya jika dalam beberapa bulan sakit ini kambuhan lagi saat stress tiba-tiba mendera. Yup, mulai latih kesabaran dengan tekun hidup sehat dengan asupan gizi seimbang. Segala sesuatu yang instan efeknya cenderung mudah hilang, biarkan dulu proses hidup sehat berjalan untuk kini dan nanti.

Muslim yang kuat lebih dicintai Allah dan Rasul dibandingkan muslim yang lemah.

It's fruity time!!!  :")

@ruang, Monday night
05 Mei'14_ 21.15

Rabu, 02 April 2014

Luapan

Bagaimana jika kita punya teman yang berbeda?

Beda sudut pandang, cara berpikir, dan gaya.

Banyak hal yang dapat memecahkan rasa pertemanan ini

Luar biasa bagi orang yang dapat menerima dengan mudah
 

Mungkin keikhlasan, keberterimaan, dan kesabaran
Kita semua harus belajar
Belajar dari perbedaan



@kawaakib
2April'14_ 16.42

Rabu, 12 Maret 2014

Launching Market Day on Frame

Tanggal 5 Februari 2014 tentu sudah sebulan lalu berselang. Tanggal tersebut merupakan tanggal bersejarah bagi saya selaku penanggung jawab kegiatan sekolah bernama Market Day. Rekam jejak kegiatan tersebut seharusnya sudah terpublikasikan di blog sekolah. Sayang, kendala kesibukan dan kesehatan sang penulis blog, akhirnya blog sekolah vakum. Eeeiitss... tentu bukan saya sang penulis tersebut. Akan tetapi, akhirnya saya kebagian tugas juga untuk bisa mempublikasikan "kegiatan saya" itu (baca: Market Day).
           Kegiatan positif itu belum selesai saya bagi-bagikan fotonya di blog sekolah, tapi tidak apalah saya luncurkan dulu di sini, itung-itung arsip pribadi. Sampai saat ini saya masih belum menemukan waktu yang tepat untuk nge-blog, terutama untuk blog resmi ranah pendidikan formal. Terlebih lagi, saya pun belum melihat celah yang pas dalam menyesuaikan penyampaian dengan sang penulis blog terdahulu.  Yuk, mari lihat-lihat calon pengusaha sukses masa depan, aamiin.
kelompok es teh pisang sibuk menyiapkan dagangan
jualan..jualan.. kelompok es teh pisang
sebelum mengolah, Aqif belanja bahan-bahan dulu di "pasar modern"
berebutan flanel untuk dijadikan bros
antri di kasir
Asya dan Hani sibuk beres-beres kriuk untuk dijual
sebelum dagang, pose dulu dong :)
ketua yayasan pun tergiur dagangan anak-anak kelompok ustadzah Fika

gaya penjualnya lebih manis dari dagangannya lho... ;)

Catatan Takdir

Allah menunda
Bukan berarti telah selesai kita meminta

Ada hal-hal yang sungguh menjadi impian
Sayang kita hentikan harapan
        karena takut pada kenyataan

Belum sampai kita di pertengahan
Terlanjur berputus asa lalu bergegas diakhirkan

Allah menunda
Pasti merupakan suatu pertanda
Persangkaan baik:
           Allah masih merindukan doa-doa kita





@ruang
12 Mar'14_ 20.36
*pemaksaan menulis oleh diri sendiri*

Kamis, 30 Januari 2014

Haruskah Obat? (Bukan Alur Rekayasa)

Kerumitan aktivitas pikiran dan mental lebih mempengaruhi turunkan kondisi tubuh
       dibandingkan aktivitas fisik secara berlebihan sekalipun.

Tersebutlah suatu Senin pagi yang tidak begitu cerah keluarga galaksi telah siap berangkat menuju lokasi "bekas" banjir di sekitar Kedoya. Jam keberangkatan sekitar pukul 09.00 dengan menggunakan angkot sewaan. Di perjalanan rintik-rintik air hujan jatuh tanpa diundang, masih sangat ringan. Perjalanan hanya memakan waktu kurang dari 20 menit. Kami disambut dengan meriah oleh hujan deras, sangat tajam dan para bintang perempuan hanya bergantung dengan spanduk untuk menghindari terpaan hujan. Para guru, termasuk saya, menghibahkan diri untuk berhujan-hujanan. Basah baju, jilbab, serta anggota tubuh, jelas, dan tanpa baju salinan sampai pembelajaran para bintang selesai pukul 14.00 ditambah tahfidz guru sampai ashar adalah sebuah kenyataan.

         Alur sakit yang saya alami dimulailah dari sana. Beberapa hari sebelum kejadian hujan-hujanan itu sebenarnya tugas pembelajaran, penilaian, pembuatan soal, dan remeh-temeh targetan hafalan di sekolah cukup memenuhi ruang kepala, dan hey, kehidupan ini bukan hanya di sekolah. Sayangnya, sulit mengeluarkan segala hal itu menjadi aksi nyata: terhambat. Sepulang sekolah hari Senin, demam tinggilah saya. Semenjak menjadI pembelajar bagi para bintang ini adalah kali kedua saya demam (belum setahun udah demam melulu, yaa). Cara mujarab bagi saya untuk menghilangkan demam tanpa obat adalah tidur. Yakinlah ketika tidur panas badan kita terserap oleh alas tidur sehingga suhu tubuh agak normal (insya Allah). Dipertengahan dan sepanjang malam, beberapa kali saya buang air kecil, sekitar, pukul 23.00, pukul 01.00, pukul 02.30, dan pukul 04.00. Walaupun demikian, cara yang saya gunakan tepat, Selasa pagi suhu tubuh menurun, walaupun kepala masih keliengan, keseimbangan masih kurang. Hari Selasa ada jadwal renang ternyata dan saya meminta-minta untuk tidak turun ke kolam, digantikan dengan ustadzah Sin.

         Aktivitas hari Selasa memang banyak gerakan olah tubuh dan di hari itu saya tidak lagi demam, tetapi meler yang astaghfirullah mubajir ingus (maaf, terlalu frontal kata-katanya). Saat itu saya menghabiskan 2x50 lembar tisu dalam waktu kurang dari 7 jam. Ketika situasi genting begitu saya melarang siapapun meminta tisu saya, bahkan saya agak emosi saat beberapa bintang asal mengambil tisu tanpa izin. Bukan bermaksud pelit, tapi saya sungguh butuh sekali bertahan dengan tisu, termasuk ketika sholat, betapa inginnya mem-pause sejenak aliran dari hidung itu.

         Saya berpikir keras, bagaimana menangani kasus hari kedua saat sedang meler-melernya. Prinsip dalam hati harus bertahan tanpa obat, dengan cara apapun. Pulang dari sekolah saya langsung mencampur air hangat dengan 3 sendok madu dan langsung tidur cepat. Hasilnya, sudah tidak buang air kecil di sepanjang malam, tetapi berubah menjadi batuk rejan. Kenapa ini? Saya beranggapan mungkin begitulah siklus si "sakit".  Hari Rabu, alhamdulillah say goodbye dengan tisu karena diganti handuk kecil atau saputangan handuk. Namun, apakah yang terjadi? Batuk semakin menjadi, benar-benar membuat gatal dan berdahak, kepala lebih pusing dari sebelumnya. Prinsip tetap dijalankan: tanpa obat, tanpa periksa ke dokter. Dalam hati berharap-harap cemas segera sembuh seutuhnya sambil menghitung waktu libur panjang sesaat lagi (padahal cuma 3 hari libur). Di hari Rabu nafsu makan menurun drastis dari biasanya. 

         Langsung tibalah di hari Kamis, kondisi tubuh lebih baik? Batuk sudah lebih kurang (huhu, tapi cuma berkurang sedikit), nafsu makan bertambah sedikit, walaupun belum tercium aroma makanannya. Masalah terbaru hari ini adalah hidung tersumbat parah. Entah kenapa sepulang dari sekolah sudah berniat makan bakso super pedas di dekat rumah, mungkin dapat mempersingat pilek atau batuk. Ternyata saudara-saudara, itu hanya mitos. Buktinya makanan pedas tidak memperbaiki apa-apa bagi tubuh saya. Hal yang jarang terjadi di hidup saya malah terjadi setelah makan bakso super pedas, yaitu muntah. Yah, terbuang sudah bakso yang saya atur sempurna pemakanannya di hari ini (kamis). Kejadian "pembuangan" itu setelah sekitar dua jam penyantapan, dan dimulai saat sedang tidur-tiduran kemudian batuk, bahkan saya pun kaget tadi saat "pembuangan".

         Dari rangkaian empat hari alur sakit, masihkah saya bertahan terhadap prinsip: tanpa obat, tanpa periksa ke dokter? Bingung. Bagian mana dulu yang diobati: hidung tersumbat, batuk rejan berdahak, kepala berputar-putar, atau apa. Saya dulu berteman cukup akrab dengan obat dan saat sakit hal pertama adalah menjauhi obat. Jika beberapa hari masih demikian, terpaksa dengan obat. Tipe sakit yang saya alami memang sejenis, sekitar bapil. Kalau demam cukup jarang kecuali saat masuk angin level 15 ala keripik maichi. Beberapa orang yang mengalami hal yang sama seperti saya mungkin mempunyai penyebab yang tidak jauh berbeda sehingga imunitas tubuh terganggu (ini ala kesok-tahuan dan pengalaman saya saja, sih, :-) )

Penyebab:
1. kerumitan pikiran (baca: stress) yang tidak diimbangi dengan "kesenangan" atau sebutlah  passion pribadi
2. manajemen emosi dan waktu yang di bawah rata-rata dari kebiasaan terdahulu
3. tidur berlebihan karena sudah terlalu lelah beraktivitas dalam pekerjaan. Hal ini dapat berimbas kepada pengolahan tubuh yang sangat jarang
4. asupan sayur dan buah yang kurang dari dua kali dalam seminggu (waduuh hampir tidak pernah)
5. pengulangan dari nomor urut satu sampai empat

Solusi:
1. istirahat secukupnya, hindari terlalu banyak
2. mulai untuk menghilangkan atau meminimalisasikan penyebab, hehe
3. lakukan kegitan yang kita senangi, misal saat nge-blog saya merasa lebih baik (meski mungkin asumsi, tapi begitu kata kenyataan)
4. jika solusinya kebanyakan saya yakin sudah sembuh detik ini juga

         Rencana awal saya tidak yakin menulis sebanyak ini, ternyata kepala dan tubuh saya berkata mampu, atas izin Allah. Pengalaman ini semoga bermanfaat terutama bagi diri saya yang kurang bersyukur diberi nikmat sehat, ampun ya Allah. Doa saya semoga saya cepat sembuh dan tidak mengalami hal yang sama berulang-ulang. Allah sebaik-baik Perencana, manusia sebaik-baik pembelajar atas rencana-Nya. Jika banyak kata yang salah, maklum sedang sakit :-) .




@ruang
30 Jan'14_ 22.46

Minggu, 26 Januari 2014

Maaf (bagian penjelasan)

         Syair "Maaf" sebagai tulisan pertama di tahun ini saya khususkan untuk sebenar-benar permintaan maaf dari saya. Maaf untuk kata dalam blog ini yang tidak berkenan saat dibaca. Beberapa kata atau pun nama  "bermerek" yang tidak bijak saya publikasikan, tetapi sudahnya terlanjur tersiarkan, itu murni ke-khilafan saya yang mungkin saya sengajakan saat itu. *hihi*
         Saya berusaha lebih bijak menulis, menulis dengan se-nyaman saya dan tetap dapat dipertanggungjawabkan kejujurannya tanpa menyinggung perasaan pihak lain. Semoga berhasil dan saya yakin mampu, insya Allah. Mungkin tulisan saya bagi sebagian pembaca hanya sekadar curhat tanpa data, yaah tidak masalah bagi saya. Sudah cukup banyak saya bergesekan dengan data di dunia kerja (baca: nyata), saya ingin sedikit ber-tafakur untuk memperkaya aspek spiritual dan kegairahan saya terhadap kata. Maaf jika sulit terterima oleh banyak kalangan.

I just wanna be free. Flying with my passion and hold the world. Complicated phrase? Maybe yes, but never mind. :-p




@ruang
26 Jan'14_21.16