Minggu, 29 November 2015

Solidaritas Palestina

Tanah Palestina adalah milik umat muslim di seluruh dunia. Kelak, malaikat israfil akan meniupkan sangkakala di Palestina dan kita akan bangkit dari kubur kemudian dihimpun di sana. (Syeikh Palestina)

       Seharusnya kita mengirimkan banyak-banyak hal kepada saudara kita di  Palestina, Gaza, Suriah, dan tanah Islam lain yang terjajah oleh musuh Islam. Bukan hanya doa, tapi uluran motivasi berupa donasi yang akan disalurkan. Luar biasa acara tadi di Istora Senayan terkait hari solidaritas Palestina. Ribuan orang memadati Istora dengan sepenuh rasa cinta terhadap saudara seiman.

         Saya pun tidak hadir full dari awal sampai akhir, tapi bagi saya ruh kebersamaan di sana cukup kuat. Acara klimaks dari acara itu adalah penggalangan dana bagi Palestina. Ada fashion show yang penjualan bajunya didonasikan untuk Palestina, pembelian novel kang Abik seharga 1 juta,  sampai lelang donasi tanpa barang dimulai dari 20 juta sampai 1 juta. Masya Allah... ada 2 orang yang melelangkan uang 20 juta tanpa barang, sekitar 6 orang melelangkan 10 juta, dan semakin banyak untuk 5 juta dan 1 juta. Semoga yang mendonasikan hartanya tadi ditambahkan dan diberkahi rizkinya oleh Allah. Aamiin...

         Solidaritas kita berasal dari aqidah. Kecintaan kita kepada Allah dan Rasulullah bermuara dalam ukhuwah. Hal ini pun karena kerinduan serta harapan agar dapat solat berjama'ah di Masjidil Aqsa bersama.

Allahu Akbar!


@ruang
29 Nov'15_ 23.52

Trik, Sembunyi, dan Strategi

Bersembunyi butuh strategi, tapi ketika bukan karena kebenaran pasti akan ada cara untuk segera diketahui.

Penasaran dan senang bisa aktif membaca novel detektif lagi. Pengarangnya masih sama, Conan Doyle, karena belum sempat atau memberanikan diri membeli novel detektif karangan pengarang lain. Biasa, masalah keuangan menjadi salah satu alasan juga, hehe. Berhubung ada obral buku Rp 10.000,00 di salah satu acara di istora senayan. Nah, acaranya nanti semoga sempat saya share juga yaah di mari ;-D.

         Kembali ke novel, genre yang saya senangi selain travel, keagamaan, yaah detektif. Dari bocah memang sudah rajin baca komik detektif Conan, bahkan koleksi sampai nomor 50-an. Semenjak akhir kuliah akhirnya berhenti langganan karena kasusnya tidak selesai-selesai, bosen juga. Ternyata setelah nemu kasus perdetektifan dalam bentuk novel, seru juga dan lebih puas bacanya.

         Selesai baca satu bab dalam novel, selalu membuat saya terperangah dan takjub. Karena hebat banget tuh Sherlock Holmes memecahkan kasus yang tidak disangka trik pelakunya. Sehebat-hebatnya seorang menyembunyikan sesuatu, pasti ketahuan juga pada akhirnya, yaah. Sosok si detektif serta rekan karibnya, Dr Watson, juga kuat sehingga bikin sensasi deg-degan juga saat mereka terlibat kasus. Cerdas, Doyle!

         Sudah malam, saatnya bersiap membuka tirai misteri hidup kita masing-masing. Jangan pernah menyerah, kita semestinya bisa menjadi detektif bagi diri sendiri. Fungsinya adalah menyadarkan jika ada "perbuatan-perbuatan aneh" kita yang melenceng, dapat segera kita tangkap dan memperbaikinya. Karena hakim kita kelak bukan manusia, melainkan Allah.




@ruang
29 Nov'15_ 23.30

Jumat, 06 November 2015

Bekerja dan Menunggu

"Kapan yah dapat mengaktualisasikan diri di bidang yang saya idam-idaman..?"

Sebuah tanya yang jelas hanya mampu dijawab oleh diri sendiri dengan kerja, sekeras serta secerdasnya kita bekerja. Tiga tahun lebih saya berpetualangan di dunia karier yang merupakan wujud dari sebuah kerja. Namun, saya merasa ada saja yang mengganjal dan kurang mengaktualisasikan diri dalam karier tersebut. What's wrong?

         Dalam kurun waktu 3 tahun, saya sudah berganti 2 profesi pekerjaan yang cukup bertolak belakang satu sama lain. Setahun pertama fokus dalam target-target penjualan serta belajar ilmu obat dan kesehatan. Di tahun berikutnya hingga saat ini fokus terhadap pengembangan karakter anak, kedisiplinan administratif pengajaran, serta belajar sabar dalam memberikan materi pengajaran plus pendidikan ke anak-anak. Dua profesi yang sama-sama mulia (semoga :D) dan memberi kesan pembelajaran yang unik bagi saya. Lantas, apa pula yang mengganjal? Semua kembali ke "niat".

         Niat itu secara rukun memang terletak di awal atau sebelum kita melakukan sesuatu. Akan tetapi, secara aplikatif, niat dapat diperbaharui di tengah, bahkan di detik menjelang akhir kegiatan kita, supaya berakhir husnul khatimah. Uniknya saya, saya jarang mengkhususkan niat pada awal sebelum memulai pekerjaan atau tepatnya saat berkarier. Ingat, khusus berkarier dalam 3 tahun ini.

         Niat awal saya pada profesi pertama  adalah mencari pengalaman dengan segera, tidak jadi pengangguran lama-lama pascasidang skripsi, dan berpenghasilan biar tidak merepotkan orangtua. Di tengah perjalanan menghadapi krisis semangat di profesi pertama yang memang sangat bertolak belakang dengan jurusan kuliah saya, datanglah seseorang membawa tawaran. Yaaps.. tawaran itu berisi ajakan bergabung alias alih pekerjaan ke profesi kedua. Jelas bahagialah saya yang sedang "patah hati" terhadap profesi pertama setelah ditawarkan pekerjaan baru itu.

         Demi profesionalitas, profesi pertama saya jalani setahun full sesuai kontrak. Menjelang resign, saya menemukan satu titik kenyamanan dalam bekerja di sana. Walaupun ada hal-hal yang kurang berkenan, saya merasa ada titik yang menunjukkan secercah harapan untuk mengaktualisasikan diri, next time, di dunia karier selanjutnya. Alhamdulillah, saya belajar banyak dari profesi pertama ini, tetap bersyukur agar kedepan lebih baik.

         Satu hari resign dari profesi di dunia kesehatan, saya pun langsung menuju profesi kedua. Sebelum menyeburkan diri dalam pekerjaan baru ini, angan-angan indah telah terbayang. Wajar, karena tawaran datang dari orang yang terpercaya, baik, dan sholehah. Tambahan lain, pekerjaan ini memang lebih sesuai dengan jurusan saya dan saya cinta dunia pendidikan. Niat awal bergabung memang hanya ingin segera  "pergi" dari profesi yang lama menuju hal yang lebih berhubungan dengan studi saya dan lebih aman saat weekend, maksudnya ada waktu untuk menuju ladang ilmu agama setiap akhir pekan. Lantas setelah dua tahun bergabung?

         Satu pekan bergabung di profesi kedua, saya merasa stress teramat dahsyat. Tidak terlintas kenyamanan saat itu. Saya pun segera ingin beranjak pergi atau mengundurkan diri. Beberapa lowongan menjadi pegawai negeri membuat saya makin semangat untuk keluar. Namun, niat untuk tetap profesional di hadapan Allah serta ketakutan mengembang amanah rakyat jika sebagai pegawai negeri terus terngiang. Yuups, akhirnya saya bertahan sesuai kontrak pada profesi kedua dan terus menerus diperpanjang. Kenyamanan timbul tenggelam, tepatnya sekali timbul, berpuluhan kali tenggelam. Saya tahu begitu mulia pekerjaan saya ini, tapi... aaah... ya Allah, saya belum beraktualisasi, belum menjadi seutuhnya jiwa yang bekerja, jiwa yang menyertakan kecintaan menjadi khaira ummah.

         Di setiap niatan, sertakan Allah: karena Allah, cukup bagi kita Allah, biarkan Allah yang menentukan hasil dari kerja-kerja kita. Allah yang membuka jalan bagi doa-doa kita. Allah. Minta saja kekuatan dari Allah, ikhlaskan bekerja di jalan-Nya. Bukan menjadi yang biasa bekerja, tapi jadilah pekerja yang luar biasa karena Allah.

NB: pekerja itu bukan hanya yang digaji    : -D

Wallahu'alam



@ruang
7 Nov'15_ 09.17      

Minggu, 11 Oktober 2015

Kepusingan

Berat sekali memejamkan mata saat malam akhirnya berefek pada keberadaan saya di rumah hari ini. Ya, seharusnya saya sekarang sedang bersama anak-anak di sekolah. Rumah kontrakkan kami memang mungil, tapi ternyata menyimpan angin yang cukup banyak. Kemungilan rumah kami juga ternyata berperan serta pada pening yang tersimpan di kepala saya. Aaah...

         Hampir dua setengah bulan berstatus istri dan hampir sebulan mencoba mandiri dengan tinggal terpisah dari orangtua belum cukup bagi saya untuk beradaptasi. Benarkah? Hingga semua pikiran, perasaan, bersatu padu mengalahkan diri saya: menaklukkan kekuatan vitalitas, menggoyahkan imunitas, memerosotkan spiritualitas. Iyakah? Aaah..

         Bukan. Semua hanya alasan untuk bersiasat mundur ke belakang. Keberkahan memang kasat mata, sedangkan amanah nyata di muka. Semua itu bentuk ketidaksabaran dan kurangnya ikhtiar serta tawakal di diri saya.

         Seringkali kita menjadikan masalah kehidupan  sebagai pelegalan rasa keluh kesah. Padahal, masalah hidup mengajarkan kita untuk kembali, kembali kepada Allah. Rasa sakit fisik memang salah satu efek yang bisa terjadi saat kita tidak berpasrah kepada Allah atas pikiran kita tentang masalah hidup.

         Saya salah satu pelaku sekaligus korban dari mindset yang salah terhadap masalah hidup. Saya harus segera kembali. Walaupun waktu tidak bisa dikembalikan seperti semula, saya yakin bisa memperbaiki takdir saya atas izin Allah. Takdir yang belum bisa saya raba dan terka. Oleh karena itu, saya harus berusaha saja dengan kesungguhan tanpa perlu susah payah mengatur akhir dari usaha tersebut. Cukup Allah yang bertindak atas hasil.

"Ya Allah.. kuatkanlah punggung kami dalam memikul amanah. Sungguh kebodohan, jika kami yang telah berakad sanggup melalui amanah-amanah tersebut namun enggan menjalani dengan kesungguhan. Semua atas izin-Mu, ampunilah kami"

@ruang
12 Okt'15_ 08.51

Kamis, 24 September 2015

Lelakiku Cintaaah

Kepadamu yang tertampan...

Tidak perlu momen khusus untuk menyampaikan pesan
Untukmu yang telah kuberi penuh kepercayaan
Karena terhadapku, hal itu pula yang kau lakukan
Saat pertama kali jumpa, dirimu sudah membuatku terkesan
Berbagai rasa senang dan sedih mewarnai perjalanan
Belumlah panjang memang, tapi kutahu kan banyak tantangan
Semoga mimpi-mimpi besar kita bukan sekadar angan:
   yang hilang ketika cobaan       mengguncang
   yang tertanam malas dan kecewa ketika kertergesa-gesaan menerpa

Cinta...
Aku bahagia karena Allah mempertemukan kita
Syukurku karena Allah menyambungkan ikatan kita
Kini, doakan aku setia bertahan di belakangmu dalam ketaatan
Bersama berjuang meraih keberkahan
Katamu, dengan langkah yang istimewa; bukan yang biasa-biasa saja, agar Allah terpana

Semoga cinta kita diridhai Allah ; -)




@ruangkami
25Sept'15_ 09.44
Jumat berkah indah

Kaum Muslimin . . .

Innalillahi wa innailaihi roji'un..

Begitu banyak tragedi yang menimpa kaum muslimin di dunia saat ini. Tragedi teranyar yang sedang marak-maraknya disorot media internasional adalah tragedi haji di Arab Saudi. Belum lama karena adanya badai, crane jatuh dan menimpa beberapa jamaa'ah haji sampai meninggal. Selang waktu kemudian (baru-baru ini), tragedi Mina menewaskan ratusan jama'ah haji. Dosa kami terlalu banyak, ya Allah.. astaghfirullah.

         Tragedi di Arab terkait haji semoga hanyalah kecelakaan tak disengaja. Adapun selain itu, lebih banyak tragedi penyiksaan terhadap kaum muslimin yang sangat jarang disorot media. Penyiksaan di Suriah, Iraq, Iran, Palestina, dan negeri muslimin lainnya yang jumlah korban jiwanya lebih banyak. Lebih banyak karena telah bertahun-tahun kaum muslimin disiksa oleh penguasa kafir di negara-negara tersebut.

         Saya masih jauh pemahaman tentang itu, tapi saya selalu mencoba membuka penglihatan mata serta hati untuk mengetahui lebih lanjut kondisi umat Islam di dunia. Harus! Karena sesungguhnya sesama umat Islam adalah bersaudara, disaudarakan dengan aqidah. Kelak, di akhirat, kita semua akan ditanyakan tentang kepedulian kita terhadap sesama muslim. Jika memang kondisi umat muslim seperti ini (tertindas), sudah saatnya kita menolong. Menolong dengan strategi dan kemampuan terbaik kita serta doa-doa terkhusus kita bagi keselamatan dan kejayaan umat Islam. Bismillah...




@ruangkami
25Sept'15 _ 07.30

Jumat, 11 September 2015

Komunikasi Efektif versi Parenting

Komunikasi itu penting. Penting pula jika kita memahami makna di balik komunikasi serta cara terbaik dalam mengemasnya, terutama kepada anak. Komunikasi tidak selamanya melulu berhubungan dengan lisan (sebutlah verbal) karena banyak sekali komunikasi non-verbal yang ternyata dibaca oleh anak.

         Saya mulai dari komunikasi yang mainstream atau dikenal baik dengan sebutan cakapan. Anak-anak diciptakan oleh Allah dengan kecerdasan luar biasa. Sedari bayi pun, sang anak memiliki daya tangkap komunikasi yang diberikan dari sang ibunda, misalnya melalui sentuhan atau percakapan. Menurut penuturan ibu Siska, trainer parenting, bayi dari 0-3 tahun harusnya distimulus dengan berbagai kata. Dengan sikap rajin ibu, ayah, dan orang-orang di sekitar bayi dalam berbahasa, secara tidak langsung mempengaruhi struktur otak sang bayi. Masya Allah, keren yaah. Oleh karena itu, pesan bu Siska adalah jangan pernah meninggalkan bayi sendirian dalam keadaan bayi sedang sadar. Sang bayi sebaiknya diajak bicara atau diskusi untuk mengembangkan kecerdasan berbahasa serta menyusunkan struktur otak bayi tersebut. 

          Lalu, apakah cukup sampai dengan anak usia 3 tahun sikap rajin berbahasanya dimunculkan? Ternyata menurut bu Siska, tidak cukup. Anak usia sekolah SD pun (6-12 tahun), ketika ingin tidur sangat penting untuk ditemani orang tua atau orang dewasa lainnya. Hal ini penting untuk menjalin komunikasi yang efektif terhadap anak, terutama bagi ayah ibu yang sama-sama meniti karier sehingga tidak memiliki cukup waktu untuk anaknya.

         Komunikasi anak di era ini sedikit banyak tercemari oleh perangkat modern. Saat komunikasi tercemar, karakter anak pun sedikit demi sedikit terkikis. Gaya berbahasa anak pun semakin menjurus ke cakapan yang kurang bermanfaat ketika tercemari gadget. Akan lebih baik dan idealnya, anak-anak tidak diberikan gadget sampai usia mereka 9 tahun demi membentuk karakter yang baik. Ajarkan anak bermain dengan alam, kegiatan olahraga, musik, kesenian, kerajinan tangan, puzzle, untuk mengganti keasyikkannya dalan ber-gadget.

         Lantas, bagaimana dengan komunikasi non-verbal? Dalam hal ini sikap orangtua sangat mempengaruhi anak. Anak dapat mempelajari dengan cepat, lalu meniru berbagai sikap orang dewasa, misalnya gaya berjalan, gaya bicara orang yang dekat dengan mereka. Bahkan, saat orangtua memiliki tatapan mata berbeda akan suatu hal, sang anak dapat mengetahuinya. Itulah mengapa tanpa perlu kita berteriak saat marah, anak sudah mengetahui bahwa kita sedang marah hanya dari tatapan mata kita.


Wallahu'alam..
Hanya mampu merangkai cuplikan ucapan trainer parenting istimewa. (Saat training parenting@ SDIT Al-Kawaakib, 5 Sept'15)



@ruang
10 Sept'15_ 20.32
#aaa manah

        

Kamis, 13 Agustus 2015

Perjalanan Dengan Cinta

Bismillah...

Senangnya, akhirnya saya si penduduk setia Jakarta bisa jalan-jalan ke luar kota (lagi), selain Jabodetabek. Ini bukan yang  pertama kali ke luar kota memang, tapi saya yakin ini yang terindah, aamiin, karena inilah debut awal bagi saya di perjalanan kereta bersama suami tercinta selama 9 jam.

         Hari ke-12 bersuami, dan 12 hari sebelumnya belum full bareng-bareng dengan setumpuk agenda masing-masing dari kita. Semoga perjalanan panjang ini bisa memupuk rasa cinta yang lebih dalam lebih indah, serta lebih berkah. Seyogianya, penting dalam hubungan rumah tangga sesekali melakukan perjalanan panjang berdua, terlebih bagi saya yang senang jalan-jalan keliling. Yaaahh, terutama karena kami masih tergolong pasangan baru juga kali ;-P..

         Awalnya kami rasa cocok jika jalannya ke Bandung atau sekitar sana saja, tapi si "cintaah", suami saya, dalam kurang dari 5 hari sebelum perjalanan mengganti usul untuk ke Yogya. Baiklah, jadi deh ke Yogya. We're coming Yogya.....


@Kereta Api Taksata
13Agust'15_ 16.25

Rabu, 22 Juli 2015

Bosan....Lalu Aku?

Bosan?

Di-enjoy-in aja...

         Apakah krisis aktivitas yang menyebabkan timbulnya rasa jenuh atau bosan? Sering kan, kita merasakan bete, sebel, dan bingung mau berbuat apa ketika teman yang kita tunggu tiada tampak batang hidungnya. Yang paling sering kita lakukan saat menunggu adalah bolak-balik melihat gadget atau sebutlah semisal hape, padahal tidak ada notifikasi apa pun, hiiih, bosan, kan?

         Baiklah, kita sebut saja kejadian di atas sebagai kebosanan tipe pertama. Bosan karena krisis kegiatan: bingung mau berbuat apa. Jika masih punya sekantong kesabaran, kita masih berpositif untuk melakukan aktivitas ringan saat menunggu, misal dari yang paling sholeh mengaji, browsing, atau lihat-lihat sekitar sambil merenungkan tentang hidup (berat yaah). Tetapi hal ringan tersebut, jangan harap bisa mudah dilakukan kalau kita sudah sangat kesal menunggu, bad mood duluan. Ada lagi nih bosan tipe selanjutnya.

         Pagi ini sampai pukul 10.00 ada breifing dan beresin berkas-berkas. Setelah itu, rapat. Pukul 12.00 tepat  menuju restoran atau kantin untuk makan, berbaring di musola sejenak, sholat, dan lanjut deh di depan komputer. Tiba-tiba waktu menunjukkan pukul 16.30 saatnya siap-siap pulang dan memasrahkan diri desak-desakan lagi di KRL. Begitu agenda selama 5 hari berturut-turut dan kemudian diulang lagi selama seminggu, sebulan, setahun, dst. Mungkin banyak orang yang merasa bosan, apalagi tanpa promosi jabatan atau kenaikan gaji selama itu pula. Bete deh. Walaupun tidak menutup kemungkinan ada beberapa orang yang cukup menikmati rutinitas tersebut. Bergantung cara tiap individu memanfaatkan waktu senggang dan liburannya, yah. Bagi saya dan orang-orang unik semacam saya, rutinitas seperti itu bisa banget menjemukan.

         Kita sebut saja peristiwa di atas sebagai kebosanan tipe 2. Bosan terhadap rutinitas. Alhamdulillahnya, kantor dengan pekerjaan seperti itu biasanya menyediakan waktu cuti yang lumayan. Setidaknya bisa dimanfaatkan untuk liburan seminggu full tanpa kerjaan kantor. Lagipula, kebosanan tipe ini bisa pinter-pinter disiasati atau diminimalkan bagi kalangan yang kreatif dan mengenal dirinya dengan baik. Kebosanan selanjutnya, mau tahu?

         Tugas ini untuk besok jadi harus kelar; acara ini minggu depan dan dianggarkan biayanya, harus secepat-cepatnya karena sudah ditunggu bendahara. Perlengkapan untuk mengajar besok juga belum. Oiya, muroja'ah di kelas panjang juga yah, untuk besok. Semuanya untuk besok dan HARUS disiapkan segera hari ini. Yaah, ini mah keseharian saya banget, hehehe, berantakan sangat dan terkesan tidak terstruktur pastinya. Mungkin ini dinamakan bukan kebosanan, melainkan kepusingan. Iya, kalau pusingnya seminggu-dua minggu, bolehlah hanya disebut "kepusingan", tapi kalau sepanjang tahun ajaran? Bagi saya, inilah sejenis kebosanan. Bosan terhadap deadline yang selalu bertumpuk, padahal selalu berusaha dikerjakan sejadi-jadinya. Ya Allah, bosan tipe ini bagi orang-orang semacam saya, bisa banget menyebabkan stress atau depresi jika tidak diolah dengan cantik. Lalu, caranya?

         Peristiwa kebosanan yang baru saya ceritakan, dengan disebut kebosanan tingkat dewa, eeeh, kebosanan tipe 3 adalah kebosanan yang saya pun tidak mengerti lagi harus bagaimana ditangani. Jika saya mampu menangani dengan cantik, tentu saya tidak akan bercurhat panjang tentang aktivitas saya tersebut. Satu-satunya cara adalah berpasrah kepada Allah. Menerima dulu bahwa yang kita lakukan murni sebagai bentuk amanah yang Allah berikan kepada manusia untuk memakmurkan bumi-Nya. Berat kan? Sangat! Kalau mau bilang bosen, yaudah silakan pergi dari bumi Allah ini. Hiks..hiiks.., padahal amalan soleh masih jauh dikerjakan.

         Benarkah hanya saya yang merasakan kebosanan tipe 3 ini? Saya yakin tidak. Pasti banyak teman-teman senasib saya di belahan bumi sana yang juga pernah merasakan hal serupa. Lantas? Yakinkan diri sendiri bahwa Allah tidak akan membebani hamba-Nya di luar kesanggupan si hamba tersebut. Ketika Allah ingin menaikkan "harga" serta "kualitas" hamba yang dicintai-Nya, tidak mungkin dengan cara-cara standar.

Bismillah, yuk berhusnudzhan sama Allah. Dibawa asyik aja semua peristiwa yang telah diqadarkan Allah. Jadikanlah itu sebagai bentuk syukur kepada Allah dan tanda bahwa kita sedang dilatih bersabar dengan hal itu.

Ya ampun, beneran saya ngomong begini? Padahal sayalah orang yang paling lemah dan tertatih dalam mempelajari itu. Tidak masalah deh, semoga jadi doa aja.
Wallahu'alam...




@ruang
23Jul'15_ 10.49
Sambil merenungi kebosanan tipe 3


Selasa, 21 Juli 2015

Lebaran Hampir Lewat

H+5

Semoga belum terlambat mengucapkan berbagai doa dan harapan untuk menjadi pribadi yang lebih baik di bulan-bulan berikutnya. Bulan Syawal 1436 H diharapkan menjadi saksi kesungguhan kita dalam beramal sholeh di hadapan Allah, hanya karena Allah, bukan semata menyandarkan diri pada Ramadhan dan setelahnya amnesia.

         Jika pungguk merindukan bulan
         Bukan berarti cinta tak bersambut
         Sadar diri punya banyak kesalahan
         Dimaafkan, ya, kawan berhati lembut

Taqabballahu minna wa minkum
Mohon maaf yah, wahai Ramadhan...

     

~Fitri A.L
@ruang
10.44

Selasa, 14 Juli 2015

Cooking "Freak"

         Sudah dua hari ini saya melakukan "penebusan" dosa terhadap orang-orang di rumah, terutama kakak. Tentu saja bukan berupa sujud mohon ampun, melainkan dengan masakin sahur. Yap..yap..yap.. penebusan yang menyenangkan bagi saya yang seneng kreasi dan seneng icip-icip. Masalah rasa itu urusan belakangan, yang penting berani coba dulu. Lagipula, bagi saya rasa makanan itu mengikuti perasaan  dan suasana hati (deeeuh..gaya euy).

         Yang perlu ditekankan, saya masak bukan karena keadaan yang mepet mau jadi istri orang, kok. Memang saya senang dari dulu. Hanya saja harus sendiri masaknya, biar ga dengar suara sumbang yang mempengaruhi suara hati dengan teriakan, "Kurang tuh bumbunya..", "Jelek banget sih bentuknya...".  Nah, pelajaran bagi diri sendiri, nanti jika ada adik, anak, keponakan, mau bantuin masak, hindari banyak intervensi selayaknya suara-suara sumbang tersebut. Biarkan dulu "si rekan masak" itu tunjukkan kebolehannya dan lakukan apresiasi saja di awal. Jika hasilnya sudah jadi, baru deh kita evaluasi bareng, begitu lebih ademkan?

         Setelah kemarin menghidangkan masakan jenis sayur, yaitu sop jagung campur sosis, hari ini berkreasi dengan dada ayam tepung. Jika masak sop jagung, saya sudah tergolong pakar (hihi, padahal masih nyontek resep) karena sudah lebih dari 2 kali bikin, nah, hari ini mencoba resep dengan saus teriyaki. Baiklah, judul masakannya adalah Katsu Saus Teriyaki. Perdana nih bagi saya, semoga rasanya ga ancur-ancur banget bagi orang rumah walaupun kayaknya tadi keasinan dikit, deh.

Bahan dan bumbu sederhana:

Bawang bombay setengah atau kurang dari itu,
2 siung bawang merah,
1 siung bawang putih,
Cabe rawit,
Merica,
Garam,
Gula,
Saus teriyaki,
Nugget atau Katsu.

Cara bikinnya tinggal iris semua bawang dan cabe, tambahin saus teriyaki dan sedikit air, baru meluncurlah bumbu sejenis garam, gula, dan merica. Aduk. Siram deh ke nugget atau katsu yang sudah digoreng sebelumnya.

Yuk..yuk..mari makan



@ruang
15Jul'15_ 03.57

Selasa, 07 Juli 2015

Sebelum "Hujan" Berhenti

Sekian lama memendam rasa untuk dapat memiliki, sampai akhirnya tertinggallah.

Itulah ungkapan yang tepat bagi saya sekarang. Saat terputar lagi musikalisasi Sapardi Djoko Damono, teringatlah dan terpuncaklah hasrat mempunyai buku sajaknya, walau hanya satu. Padahal, telah lebih dari setahun keinginan itu muncul, yaitu sejak buku kumpulan sajak "Hujan Bulan Juni" dicetak ulang dengan hard cover pula.

Biasanya saya beli buku enaknya di TM Bookstore, Depok. Karena selain didiskon 15% all book, disampulin juga untuk buku seharga di atas dua puluh lima ribu. Kalau sudah ke sana, sayang kalau cuma beli 1 buku, biasanya saya beli lebih dari 2. Nah, itu dia persoalannya, bisa gawat keuangan jika saat-saat ini belanja buku. Terlebih lagi saya keseringan kalap, asal-asal ambil buku yang nampaknya oke.

Jadi, bagaimana ini? Kayaknya mesti menyisihkan uang "dikit" untuk beli buku kumpulan sajak itu. Terpaksa di Gramed, deh.. dan bawa uang ngepas atau pakai kacamata kuda supaya ga naksir beli buka lainnya.

Selayaknya penyakit, kalau lama-lama dipendam bisa menjalarlah racun ke tubuh lainnya. *Haaalah modus aja* Ya Allah, semoga ini bukan berlebih-lebihan atau nafsu semata. Sudah lama kok, ga belanja buku. Karena pasti ga dapat uang lebaran, jika sebelum lebaran belinya lebih bagus. Baiklah, baiklah, "Hai buku, jangan abis dulu yah." :-D



@Ibrahimclass
8Jul'15_ 13.54

Sempet aja ngeblog kala modul masih bolong XP

Senin, 06 Juli 2015

Saya + Dia = Kami


         Kadang, kita kurang bersabar dan banyak harap-harap cemas saat doa kita sepanjang siang dan malam belum menunjukkan keterwujudannya. Namun, ketika kita mulai "lupa" serta berusaha ikhlas atas doa tersebut, tiba-tiba takdir Allah berbicara dan lantas dengan cepat saja kita akan terkaget-kaget tak siap menjemput bentuk wujud pengabulan doa.

Yah.. itulah manusia. Maunya apa sih? hehe

Skenario Allah tak tertandingi. Di antara rasa syukur dan sabar, Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada manusia yang dikehendaki-Nya. Semoga saya termasuk orang tersebut. Ya, saya dan dia.

Izinkan saya mengenalkan seorang "dia" yang sebutlah takdir sekaligus kejutan dari Allah.

"dia":

Bukan lelaki tersholeh dari yang sholeh
Bukan lelaki tertampan dari yang tampan
Bukan lelaki terpintar dari yang pintar
Bukan lelaki terkaya dari yang kaya

Lagipula ini juga bukan pemilihan award atau seperti ajang semisal Mister Universe (-.-")


Jika pun lelaki ini bukan ter-wow, tetapi lelaki inilah yang dikirimkan Allah khusus untuk saya. Dikirimkan secara spesial sebagai satu-satunya yang kelak tempat berlabuhnya semua ketaatan saya, selama Allah dan Rasulullah acuannya.


Dengan izin Allah, bersama dialah mitsaqan ghalizha kan terikrar.


Doa dari teman-teman di sepuluh hari terakhir Ramadhan ini sangat berarti bagi kami.
Bismillah..


aris-fitri.nikahkreatif.com




Dia yang Tak Tahu Siapa

Siapa... siapa yang tiba-tiba mengetuk masuk tanpa isyarat?
Mengenalnya cukup jauh, tapi terkadang terasa dekat.
Hanya berbekal taat yang menjadi pengikat hasrat.
Dengannya, apakah pantas aku menjadi pakaian yang tepat?

Dia terbang cepat..
Menyusuri gelombang angin dan di hatiku kini ia mendarat.




@masjid yg besar tapi sunyi
6 Juli'15_ 14.10
Cukup Allah yang menjaga

Selasa, 30 Juni 2015

Noda Hati

Terima kasih telah memberiku air mata baru.
Di setiap ucap yang kau baluri semangat tapi selalu berakhir semu.
Berikan, berikan lagi semua strategi yang kau anggap jitu.
Mungkin harus kulapisi hati dengan kesabaran agar tak lagi beku.
Yang kau sarankan selalu benar, hanya diriku yang banyak keliru.

Di satu titik: hati ini terus membenarkan dan mematuhimu.
Namun, tak kuasa kudengar cinta berteriak, "Palsu..".
Saat gerak dan tulus tiada menyatu,
Yakinlah, itu semua hanya karena khilafku.



@ruang
2Juli'15_ 21.56

Saat Lelaki Cemburu

Kiranya hanya wanita yang punya sepenuh rasa cemburu yang menggelora.
Ternyata, lelaki pun memiliki rasa yang
sama, bahkan mungkin lebih membara.

         Seorang istri yang marah saat melihat sang suami dikagumi wanita lain sudah sering aku dengar kisahnya. Namun, kali ini berbeda, baru kulihat seorang istri menangis karena sang suami begitu amat cemburu terhadap lelaki lain sampai sang suami pun selalu "mencecar" si istri agar menjaga diri lebih baik lagi. Subhanallah. Sebagai seorang perempuan yang jarang dikagumi, aku merasa sikap sang suami berlebihan. Karena, selama ini toh istrinya tidak pernah terlihat berdekatan dengan lelaki yang dimaksud. Sang suami hanya merasa khawatir melihat sikap lelaki tersebut yang cukup ramah, menyenangkan, dan komunikatif, akan membuat si istri jatuh cinta. Dalam hati aku ingin berkata, "Helloow, emang lelaki itu bakalan menjerat semua hati para perempuan sekitar dan juga bakal suka dengan istrinya, apa?."

         Selidik punya selidik, ternyata modus kekhawatiran sang suami ini telah sampai ke pembicaraan para puncak manajemen. Luar biasa yah. Begitulah kejamnya suatu prasangka. Apabila terus ditiupi rasa was-was oleh syaitan, bisa melahirkan fitnah. Serem. Ya Allah, ampuni kami atas hal-hal yang tak sengaja menimbulkan prasangka bagi orang lain. Kenapa bisa yah, sang suami dari rekan saya itu sebegitu cemburunya? Apa mungkin perasaan itu bentuk adaptasi karena selama ini si istri tidak bekerja dalam lingkup profesional? Atau memang itu sikap bawaan sang suami saking cintanya yang berlebihan dan rasa memiliki yang kelewatan terhadap si istri?  Biarlah hanya dia dan Allah yang punya jawaban. Aku ingin sekali berpendapat lebih banyak, tetapi ada pula kekhawatiran jika nanti suamiku kelak ternyata seposesif itu, bagaimana yah? Jadi, keep calm dulu deh. Cobaan rumah tangga masing-masing dari kita, kan, unik.
Tetap bersyukur, bersabar, dan berhusnudzon sama Allah aja yah, wahai istri dan suami. *aduh, gaya beuut eike ;-D*



@ruang
30Jun'15_ 19.20

Minggu, 28 Juni 2015

Untitled deh...

Bismillah...

Sulit menerima kenyataan bahwa besok adalah "senin". Kenapa harus kembali hari senin? Bukan, bukan karena hari itu hari yang buruk. Ini hanya karena bertepatan dengan situasi yang entah kenapa aku merasa semakin benci untuk saat ini.

Jenuh. Jenuh melihat layar laptop secara bergantian dengan buku pelajaran. Merancang hal-hal yang dipaksakan baru dengan isi kepala yang lama.



Selasa, 14 April 2015

Setitik Doa

Menghitung hari....

Sehari demi sehari berlalu meninggalkan diri
Semoga cahaya mimpi tetap menemani
Agar teruslah dapat kuhayati jejak perjuangan sebongkah visi

Berjalan tegap demi amanah Illahi
Sedih, perih, rindu, perlahan mesti disingkiri
Biarlah pengorbanan kelak menjadi saksi

Jika bahagia sejati belum ditemui hari ini
Doaku segala harap Allah kan penuhi di hari nanti








@Ibrahim class
15 Apr'15_11.14
Pening

Rabu, 08 April 2015

Cahaya Dunia Itulah Dirimu: Guru (2)

Murid yang cerdas, sholeh, dan kreatif pasti dibentuk oleh guru yang sabar dan luar biasa hebat. Inilah salah satu pengajar favorit saya di sekolah para bintang. Guru yang unik, sangat kreatif, dan eeemmmmm..... saya adalah satu dari sekian banyak fans sang guru ini.

         Di sebuah kelas yang ribut, sang guru memulai dengan sapaan uniknya ditambah ekspresi yang hanya miliknya. Ya, ekspresi itu telah didaftarkan untuknya, hehe . Jika ruang kelas adalah panggung drama, sorotan penonton pasti tertuju pada guru itu. Saya senang sekali melihat kedipan serta binaran matanya yang cling..cling.. seolah memenangkan sepeti emas. Bukan hanya bahasa tubuhnya yang menarik, melainkan segala pelajaran yang diajarkan pun menjadi sangat menarik. Pelajaran sang guru tidak pernah membosankan, tidak ada yang dinamakan pelajaran yang sulit, semua pelajaran serta pembelajaran menjadi sangat mudah. 

         Tahun yang lalu, sang guru mengajarkan pelajaran matematika dan bahasa Inggris, dan mulai terlihatlah keahliannya dalam mengolah media pembelajaran matematika. Menarik, unik! Saya merasakan kebahagiaan sang guru untuk menyiapan media pembelajaran, yang mungkin bagi orang macam saya penyiapan tersebut sangat menyusahkan dan ribet. Namun, baginya, penyiapan itu menyenangkan ;-) LUAR BIASA!

        Cerdas...
         Itulah kesan saya terhadap sang guru. Di dunia ini memang banyak orang cerdas, tetapi orang yang cerdas, sholehah, kreatif, dan baik hati aaah.... sedikit banget dan sang guru itulah salah satu dari yang sedikit itu. Ini hanya sedikit apresiasi saya terhadap sang guru, yang juga termasuk sahabat seperjuangan saya dari jenjang SMA. Saya banyak belajar dan harus terus belajar dari dirinya. Kekonsistenan dan semangatnya berjuang sungguh dahsyat. Dirinya tidak luput dari kesalahan, tapi saya tetap mencintainya.

Ana Uhubbuki Fillah


Sulaiman class


Musa class

@Sulaiman class
9 April 2015_ pkl. 11.22

Minggu, 05 April 2015

Tentang Sebuah Training

Yel-yel "Guru Istimewa":

Kami guru, istimewa...
Lembut namun berwibawa..
Penuh percaya diri,
Kreatif dan semangat..
Kami guru...Istimewa

Guru istimewa.....

YESS..!!!

         Itulah salah satu salam pembuka yang disampaikan trainer saat saya dan ketiga sahabat dari sekolah para bintang mengawali training. Training ini diselenggarakan oleh penggagas sekolah berdasarkan karakter, yaitu Ibu Ratna Megawangi dan Bapak Sofyan Djalil, di gedung IHF, Cimanggis, Depok. Baiklah, training ini memakan banyak waktu, bayangkan 6 hari! Bagi saya itu waktu yang cukup panjang untuk dimanfaatkan dengan mengerjakan RPH apabila kegiatan mengajar telah selesai (padahal belum tentu dikerjakan juga sih :p ).

         Meninggalkan rumah selama sepekan sih, bukan hal yang sulit bagi saya, secara ketika kuliah pun seperti itu. Yang berat saya tinggalkan adalah bintang-bintang Nuh. Tumben sekali kan. Alasannya mudah, sebenarnya rehat dari kegiatan mengajar saya senang banget, jika RPH saya selama sepekan saat saya pergi sudah mantap dan tools pengajaran sudah rapi. Alhamdulillah, sepekan training bertepatan dengan jadwal outbound dan tanggal merah, jadi saya hanya meninggalkan para bintang 3 hari masa sekolah.

         Lalu seberapa pentingkah training tersebut, sampai-sampai sekolah rela ditinggalkan 4 orang wali kelasnya berbarengan selama 3 hari? Pentingkah?. Yeah, penting untuk belajar perkembangan sebuah sekolah yang dari tahun 2000 telah konsisten menjalankan konsep sekolah yang "beda", saya rasa demikian. Beda karena semua berlandaskan karakter, tanpa penilaian angka pada raportnya, dan sukses mengundang sekolah dari seluruh wilayah Indonesia untuk bersama membangun karakter bangsa melalui pendidikan.

         Sudah sepatutnya tarbiyah (pendidikan) menjadi landasan pembangunan bangsa. Dimulai dari tarbiyah pulalah dibangunkan mental-mental pejuang. Bagaimana mungkin kita berlepas  dari amanah pertama, sebelum kita menjadi apa-apa, yaitu sebagai da'i atau penyeru atau bahasa kerennya bernama "guru".

         Ini baru pre-prolog mungkin atas berbagai kesan dan pembelajaran selama training sepekan. Semoga saya bisa lebih banyak berbagi atas yang telah saya dapatkan selama training. Dan, ikrar yang saya sungguh harus menyakini diri dengan semantap-mantapnya untuk diucapkan: saya siap belajar menjadi guru istimewa di hadapan Allah (bagi dunia)! In sya Allah.






@ruang
5 Apr'15_ 17.53
Ditemani bunyi geluduk yang bersahut-sahutan

Sabtu, 14 Maret 2015

Ilmu Kami Sebatas Tong, Ampunilah Rabb

Bismillah..

         Tumpukkan ratusan bahkan ribuan buku tiada menghasilkan manfaat jika tiada pernah dibuka, dibaca, dipahamkan, dan diamalkan. Proses meraih ilmu yang bermanfaat ternyata memerlukan waktu yang panjang, pengorbanan yang tidak sedikit, serta peluh yang bercucuran. Itu tidak seberapa jika iming-iming keberkahan yang banyak dari Allah. Saya terinspirasi dari perjuangan beberapa Imam terdahulu, salah duanya adalah Imam Asy-Syafi'i dan Imam Ahmad, semoga Allah merahmati mereka, yang dikisahkan dalam buku Salim A. Fillah, berjudul "Lapis-Lapis Keberkahan".

         Kedua imam tersebut sungguh luar biasa besar semangat juangnya meraih ilmu guna memahamkan hadits Rasulullah shalalahu 'alaihi wasalam. Ilmu keduanya mendalam, namun sikap mereka sangat merendah, saling menghormati sesama pembelajar. Masya Allah. Sungguh jauh sekali dengan sikap kami saat ini. Kami mungkin pembelajar, pembelajar dadakan, pembelajar cabutan, yang sering mengeluh lelah tak berdaya. Kami merasa banyak kelemahan atau ke-dhaif-an mencari ilmu, tetapi tetap saja sesaat setelah memperoleh ilmu seringkali sedikit banyak muncul arogansi dalam hati, astaghfirullah.

        Ada peribahasa yang cocok bagi kedua imam tersebut, yaitu seperti padi, semakin berisi semakin merunduk. Lalu apalah kami yang tong kosong nyaring bunyinya. Ya Allah, lindungilah kami dari kesombongan, bahkan secelup kesombongan yang tidak pantas kami tunjukkan.




@ruang
14 Maret'15_ 18.38
Book inspiration

Senin, 09 Maret 2015

Cahaya Dunia Itulah Dirimu: Guru (1)

         Bukan bermaksud membanggakan diri sendiri dengan profesi saat ini. Namun, saya menyaksikan sendiri betapa luar biasa para kawan-kawan guru yang sepenuh jiwa raga membimbing murid-murid agar semuanya menjadi bintang kelak. Luar biasa! Saya adalah salah satu saksi hidup sekaligus banyak belajar dari guru-guru "sakti" itu.

         Guru bukanlah profesi bergengsi, bukan pula profesi bergaji tinggi, apalagi sekarang seringkali sudah dianggap "obral" harga diri demi sertifikasi. Aaah.. itulah pengorbanan dan sebentuk konsekuensi atas pekerjaan yang begitu mulia. Para guru hanya manusia biasa yang sebenarnya tidak juga telah berhenti belajar. Jika ditemukan guru yang tugasnya hanya mengabsen siswa, memberi tugas, menilai lembar tugas siswa, dan duduk manis membagikan raport, itu namanya guru biasa, sebut saja guru "permukaan"

         Saat ditakdirkan Allah belajar sebagai guru di sekolah para bintang, saya pun menyadari tugas guru sejati bukan hanya berjudul memberi tugas kepada siswa dan menunggu siswa menyelesaikan tugas. Bukan sama sekali. Pekerjaan ini penuh konsekuensi, diliputi amanah mengerikan jika dilalaikan, dan meletihkan ternyata hiiks..

         Allah...
         Allah ingin kami, para pengajar di sekolah bintang, terus belajar, belajar membentuk generasi Robbani sebagaimana dahulu Rasulullah mengajarkan, membimbing, para sahabat, dari mulai sahabat dewasa sampai para sahabat cilik di waktu itu. Yaah, tugas kami belum seberapa dengan perjuangan Rasulullah dalam membela pendidikan agar seluruh umat Rasulullah merasakan, menikmati, dan mengamalkan Islam melalui pendidikan.

         Saya merasa sangat bersyukur kepada Allah telah berkesempatan mencicipi pendidikan Islam walaupun sebagian besar bukan berasal  dari sekolah formal. Rasa terima kasih kepada para guru-guru yang dengan pengorbanannya telah memberikan upaya optimal agar pendidikan terus berlanjut. Dengan pendidikan itulah Islam senantiasa tersebar hingga saat ini. Saya sangat berharap serta meminta pertolongan Allah agar kami diberi kekuatan untuk melanjutkan amanah pendidikan sehingga tugas kami sebagai manusia pun terjalani: khalifah fil 'ardh. Aamiin




NB: I have so many favorite teacher-learners at "Stars" school. Someday i will pick them in my blog. In sya Allah. ;-)





@Kawaakib, Nuh class
10 Maret'15  11:07

Minggu, 01 Februari 2015

Waktu

                                         Waktu mungkin akan semakin lari menjauhi, tidak masalah jikalau berkah telah menaungi.

Banyak orang yang terperangkap dengan waktu. Sering pula menyalahkan waktu dan terlebih sering menyesali atas waktu; tentu menyesali lebih baik daripada menyalahkan. Bukankah manusia telah dikenal dengan keterburu-buruannya? Dan ketidakpusannya? Sebenarnya kita harus bersyukur karena masih diberikan nikmat kepekaan hati dalam menyikapi waktu. Dengan kata lain, kita telah sadar bahwa waktu kita terbatas dan patut untuk dimanfaatkan dengan kualitas super; super beramal, super mencari nafkah, super menjadi pribadi yang dilabelkan "khalifah" di hadapan Allah.

         "Demi masa"

Allah penguasa langit, bumi, beserta isinya bersumpah atas masa (waktu) tertuang dalam Qur'an surat Al-'Ashr. Luar biasa, kita harus terus berupaya belajar memanajemen diri kita atas waktu, waktu yang Allah berikan untuk kita siasati sebagai khalifah di bumi-Nya. Waktu yang akan disia-siakan oleh manusia dan tersebutlah akan kerugian manusia itu.

Semoga saya, anda, dan kita bisa saling mengingatkan dalam kesabaran dan kebenaran. Siapkah diri untuk menjadi pribadi beruntung dengan bersyukur atas waktu yang telah Allah sediakan untuk kita,

Wallahu'alam




@ruang
1 Feb'15_ 20.52
di saat-saat puncak musim hujan versi BMKG

Senin, 05 Januari 2015

Kerja...Kerja... Ayo Kita Kerja!

Bakat itu akan terkalahkan dengan kerja keras

Mungkin tahun demi tahun telah membuat kita tahu bakat atau keterampilan kita ada di bidang tertentu. Namun, ada pula sebagian orang yang masih berbiarkan begitu saja bakatnya alias tidak mau mencari tahu atau mengasah kemampuan dirinya sendiri, padahal telah berpuluhan tahun dia hidup. Seringkali saya merasa ingin bisa ini, ingin bisa itu (kayak lagu doraemon), pernah juga merasa iri sambil berkata dalam hati, "Kok dia hebat banget sih, bisa begitu, pengen juga deh". Maklum saya cuma manusia biasa yang penuh rasa keinginan dan sifat jelek, salah satunya iri.

         Bangkit! Saya selalu mencoba menanamkan semangat, Allah Maha Melihat USAHA kita, bukan hasil! Jika kita menginginkan sesuatu, raihlah itu dengan usaha optimal serta maksimal. Tidak ada waktu untuk menangisi, mengiri-i, apalagi menyumpahi orang lain. Meskipun, mungkin saja apa yang kita inginkan sangat jauh dari bakat kita, wallahu'alam, toh kita akan bersama dengan apa-apa yang kita cintai, bukan yang kita kuasai/miliki. Saya pun terus melatih diri agar senantiasa berani mencintai apa yang saya ingin capai.

         Kita harus lebih cepat dari sebagian orang yang belum sadar makna kerja keras dan indahnya perjuangan. Tak perlu hiraukan rasa malas dan kenyamanan penuh rasa santai yang sengaja diciptakan setan berkepala hitam. Musuh terbesar kita bukanlah orang-orang yang ada di seberang lautan sana, melainakan sosok yang terlihat saat kita bercermin, yaitu diri kita sendiri. Bismillah, keep fighting!




@ruang
6 Janu'15_ 05.59 saat harus ke sekolah
        

Sabtu, 03 Januari 2015

It's New Me!

Saya sepertinya harus buat akun blog baru untuk menulis serpihan perasaan saya terhadap profesi saya saat ini (pengajar/guru), khususnya di tempat mengajar sekarang. Berjuta perasaan saya pikir perlu di-share, entah itu terhadap para dosen cilik saya, rekan kerja yang makin beragam sikapnya, dan sekelumit kisah yang cukup membuat otak saya terisi kerumitan. Kenapa harus bikin baru? Karena ada sedikit kecemasan jika tulisan saya akan membuat kehebohan, secara kepsek, wakepsek, dan beberapa rekan sudah tahu alamat blog saya yang ini. Mending jika kehebohannya positif, kalau ketahuan ada yang "tidak seharusnya" ditulis dan digrebek nantinya bagaimana? Aduh agak berlebihan, tapi mungkin terjadi juga.
 
        Kecemasan saya bukan tanpa alasan, pernah suatu ketika dalam fit and propper test  (semoga ejaannya betul) kepsek berpesan di akhir tanya jawab tersebut begini, "Saya harap pembicaraan ini hanya kita (saya,beserta jajaran manajemen) yang tahu, jangan sampai teman yang lain juga tahu, apalagi tulis di BLOG," begitulah ujar pak kepsek dengan redaksional berbeda dikit. Saya sih bukan ke-ge er-an blog saya dibaca kepsek, cuman itu berarti kepsek tahu saya cukup aktif nge-blog. Itu baru satu, belum lagi rekan sekaligus teman pulang kerja bareng yang cukup sering baca blog ini dan agak memantau saya, hehehe. Saya sih tidah khawatir beliau akan lapor jika ada kejanggalan atas isi blog ini, cuman rada gimana gitu. Rekan kerja yang lainnya juga pernah memberi saran untuk lebih hati-hati dalam nge-blog apalagi menceritakan sekolah. Kalau bisa disamarkan nama yang bersangkutan untuk lebih aman dan menjaga perasaan, begitu kata beliau. Wuuuihh, kebebasan saya jadi lebih terbatas yaah. Lagipula, selama ini saya tidak merasa ada yang mengandung penghinaan, unsur SARA atau hal buruk lain dari isi blog ini, hanya saja saya harus lebih ekstra ketat lagi nih mulai sekarang, bahasa kerennya bermain cantik, asyiiiiiik

         Dugaan saya pun saya bakal kurang aktif  nge-blog dari tahun sebelumnya, terjadi penurunan signifikan bagi saya di tahun 2014, terutama pas masuk tahun ajaran ganjil kemarin, lebih berasa capek ngajarnya, huhuhu. Semoga itu hanya dugaan yang tidak benar. Saya ingin lebih banyak menyalurkan pendapat saya di tahun ini: 2015. Terus terang satu semester kemarin (Juli-Des'14) adalah momen yang terpuruk bagi saya, momen tersedih saya ketika mengajar di K****K*B, so many things i want to share, but no time, no passion about blog or write at all. Ketika satu semester itu berlalu, ada sedikit harapan saya bisa lebih menjadi saya, artinya bisa lebih happy dari sebelumnya, lebih passionate dari sebelumnya, dan lebih disayang Allah... Aamiin *yang terakhir beneran harapan penuuuh*

         Semester ini saya sadar telah mengawalinya dengan buruk secara administrasi sekolah. Kenapa? RPP untuk 5 buku, belum 1 pun kelar tuntas, padahal tinggal besok, tinggal beberapa jam lagi saya sudah masuk kelas lagi, tapi... Aapaaaa? Belum selesai. Hebatnya saya tidak mengalami ketegangan seperti sebelumnya, kenapa ya, aneh banget ini. Saya pun bingung. Ya Allah, ampuni hamba. Penurunan kerja secara administrasi bukan berarti saya "habis", malah sebaliknya, saya senang telah mengakhiri akhir semester dengan puas baca, puas meluapkan tawa, dan semoga barokah yaah. Saya berpikir keras, ternyata kehidupan saya kacau jika semua hal ditumpuk seperti semester kemarin, saya merasa kurang bebas berekspresi saking tertekan dengan pikiran saya bahwa saya tidak mampu mengajar, tertekan dengan perasaan khawatir terhadap ini-itu. Cukup! Sekarang saatnya saya mulai banyak lagi membaca: baca Qur'an lebih khusyuk, baca novel biar syaraf tidak terganggu, baca buku lintas ilmu agar makin terpacu, terakhir banyak bertafakur dengan nge-blog jika perlu, hihihi.




@ruang
4 Janu'15_ saat azan dzuhur berkumandang

*this my first note in 2015 :-)