Selasa, 30 Juni 2015

Noda Hati

Terima kasih telah memberiku air mata baru.
Di setiap ucap yang kau baluri semangat tapi selalu berakhir semu.
Berikan, berikan lagi semua strategi yang kau anggap jitu.
Mungkin harus kulapisi hati dengan kesabaran agar tak lagi beku.
Yang kau sarankan selalu benar, hanya diriku yang banyak keliru.

Di satu titik: hati ini terus membenarkan dan mematuhimu.
Namun, tak kuasa kudengar cinta berteriak, "Palsu..".
Saat gerak dan tulus tiada menyatu,
Yakinlah, itu semua hanya karena khilafku.



@ruang
2Juli'15_ 21.56

Saat Lelaki Cemburu

Kiranya hanya wanita yang punya sepenuh rasa cemburu yang menggelora.
Ternyata, lelaki pun memiliki rasa yang
sama, bahkan mungkin lebih membara.

         Seorang istri yang marah saat melihat sang suami dikagumi wanita lain sudah sering aku dengar kisahnya. Namun, kali ini berbeda, baru kulihat seorang istri menangis karena sang suami begitu amat cemburu terhadap lelaki lain sampai sang suami pun selalu "mencecar" si istri agar menjaga diri lebih baik lagi. Subhanallah. Sebagai seorang perempuan yang jarang dikagumi, aku merasa sikap sang suami berlebihan. Karena, selama ini toh istrinya tidak pernah terlihat berdekatan dengan lelaki yang dimaksud. Sang suami hanya merasa khawatir melihat sikap lelaki tersebut yang cukup ramah, menyenangkan, dan komunikatif, akan membuat si istri jatuh cinta. Dalam hati aku ingin berkata, "Helloow, emang lelaki itu bakalan menjerat semua hati para perempuan sekitar dan juga bakal suka dengan istrinya, apa?."

         Selidik punya selidik, ternyata modus kekhawatiran sang suami ini telah sampai ke pembicaraan para puncak manajemen. Luar biasa yah. Begitulah kejamnya suatu prasangka. Apabila terus ditiupi rasa was-was oleh syaitan, bisa melahirkan fitnah. Serem. Ya Allah, ampuni kami atas hal-hal yang tak sengaja menimbulkan prasangka bagi orang lain. Kenapa bisa yah, sang suami dari rekan saya itu sebegitu cemburunya? Apa mungkin perasaan itu bentuk adaptasi karena selama ini si istri tidak bekerja dalam lingkup profesional? Atau memang itu sikap bawaan sang suami saking cintanya yang berlebihan dan rasa memiliki yang kelewatan terhadap si istri?  Biarlah hanya dia dan Allah yang punya jawaban. Aku ingin sekali berpendapat lebih banyak, tetapi ada pula kekhawatiran jika nanti suamiku kelak ternyata seposesif itu, bagaimana yah? Jadi, keep calm dulu deh. Cobaan rumah tangga masing-masing dari kita, kan, unik.
Tetap bersyukur, bersabar, dan berhusnudzon sama Allah aja yah, wahai istri dan suami. *aduh, gaya beuut eike ;-D*



@ruang
30Jun'15_ 19.20

Minggu, 28 Juni 2015

Untitled deh...

Bismillah...

Sulit menerima kenyataan bahwa besok adalah "senin". Kenapa harus kembali hari senin? Bukan, bukan karena hari itu hari yang buruk. Ini hanya karena bertepatan dengan situasi yang entah kenapa aku merasa semakin benci untuk saat ini.

Jenuh. Jenuh melihat layar laptop secara bergantian dengan buku pelajaran. Merancang hal-hal yang dipaksakan baru dengan isi kepala yang lama.