Minggu, 29 November 2015

Solidaritas Palestina

Tanah Palestina adalah milik umat muslim di seluruh dunia. Kelak, malaikat israfil akan meniupkan sangkakala di Palestina dan kita akan bangkit dari kubur kemudian dihimpun di sana. (Syeikh Palestina)

       Seharusnya kita mengirimkan banyak-banyak hal kepada saudara kita di  Palestina, Gaza, Suriah, dan tanah Islam lain yang terjajah oleh musuh Islam. Bukan hanya doa, tapi uluran motivasi berupa donasi yang akan disalurkan. Luar biasa acara tadi di Istora Senayan terkait hari solidaritas Palestina. Ribuan orang memadati Istora dengan sepenuh rasa cinta terhadap saudara seiman.

         Saya pun tidak hadir full dari awal sampai akhir, tapi bagi saya ruh kebersamaan di sana cukup kuat. Acara klimaks dari acara itu adalah penggalangan dana bagi Palestina. Ada fashion show yang penjualan bajunya didonasikan untuk Palestina, pembelian novel kang Abik seharga 1 juta,  sampai lelang donasi tanpa barang dimulai dari 20 juta sampai 1 juta. Masya Allah... ada 2 orang yang melelangkan uang 20 juta tanpa barang, sekitar 6 orang melelangkan 10 juta, dan semakin banyak untuk 5 juta dan 1 juta. Semoga yang mendonasikan hartanya tadi ditambahkan dan diberkahi rizkinya oleh Allah. Aamiin...

         Solidaritas kita berasal dari aqidah. Kecintaan kita kepada Allah dan Rasulullah bermuara dalam ukhuwah. Hal ini pun karena kerinduan serta harapan agar dapat solat berjama'ah di Masjidil Aqsa bersama.

Allahu Akbar!


@ruang
29 Nov'15_ 23.52

Trik, Sembunyi, dan Strategi

Bersembunyi butuh strategi, tapi ketika bukan karena kebenaran pasti akan ada cara untuk segera diketahui.

Penasaran dan senang bisa aktif membaca novel detektif lagi. Pengarangnya masih sama, Conan Doyle, karena belum sempat atau memberanikan diri membeli novel detektif karangan pengarang lain. Biasa, masalah keuangan menjadi salah satu alasan juga, hehe. Berhubung ada obral buku Rp 10.000,00 di salah satu acara di istora senayan. Nah, acaranya nanti semoga sempat saya share juga yaah di mari ;-D.

         Kembali ke novel, genre yang saya senangi selain travel, keagamaan, yaah detektif. Dari bocah memang sudah rajin baca komik detektif Conan, bahkan koleksi sampai nomor 50-an. Semenjak akhir kuliah akhirnya berhenti langganan karena kasusnya tidak selesai-selesai, bosen juga. Ternyata setelah nemu kasus perdetektifan dalam bentuk novel, seru juga dan lebih puas bacanya.

         Selesai baca satu bab dalam novel, selalu membuat saya terperangah dan takjub. Karena hebat banget tuh Sherlock Holmes memecahkan kasus yang tidak disangka trik pelakunya. Sehebat-hebatnya seorang menyembunyikan sesuatu, pasti ketahuan juga pada akhirnya, yaah. Sosok si detektif serta rekan karibnya, Dr Watson, juga kuat sehingga bikin sensasi deg-degan juga saat mereka terlibat kasus. Cerdas, Doyle!

         Sudah malam, saatnya bersiap membuka tirai misteri hidup kita masing-masing. Jangan pernah menyerah, kita semestinya bisa menjadi detektif bagi diri sendiri. Fungsinya adalah menyadarkan jika ada "perbuatan-perbuatan aneh" kita yang melenceng, dapat segera kita tangkap dan memperbaikinya. Karena hakim kita kelak bukan manusia, melainkan Allah.




@ruang
29 Nov'15_ 23.30

Jumat, 06 November 2015

Bekerja dan Menunggu

"Kapan yah dapat mengaktualisasikan diri di bidang yang saya idam-idaman..?"

Sebuah tanya yang jelas hanya mampu dijawab oleh diri sendiri dengan kerja, sekeras serta secerdasnya kita bekerja. Tiga tahun lebih saya berpetualangan di dunia karier yang merupakan wujud dari sebuah kerja. Namun, saya merasa ada saja yang mengganjal dan kurang mengaktualisasikan diri dalam karier tersebut. What's wrong?

         Dalam kurun waktu 3 tahun, saya sudah berganti 2 profesi pekerjaan yang cukup bertolak belakang satu sama lain. Setahun pertama fokus dalam target-target penjualan serta belajar ilmu obat dan kesehatan. Di tahun berikutnya hingga saat ini fokus terhadap pengembangan karakter anak, kedisiplinan administratif pengajaran, serta belajar sabar dalam memberikan materi pengajaran plus pendidikan ke anak-anak. Dua profesi yang sama-sama mulia (semoga :D) dan memberi kesan pembelajaran yang unik bagi saya. Lantas, apa pula yang mengganjal? Semua kembali ke "niat".

         Niat itu secara rukun memang terletak di awal atau sebelum kita melakukan sesuatu. Akan tetapi, secara aplikatif, niat dapat diperbaharui di tengah, bahkan di detik menjelang akhir kegiatan kita, supaya berakhir husnul khatimah. Uniknya saya, saya jarang mengkhususkan niat pada awal sebelum memulai pekerjaan atau tepatnya saat berkarier. Ingat, khusus berkarier dalam 3 tahun ini.

         Niat awal saya pada profesi pertama  adalah mencari pengalaman dengan segera, tidak jadi pengangguran lama-lama pascasidang skripsi, dan berpenghasilan biar tidak merepotkan orangtua. Di tengah perjalanan menghadapi krisis semangat di profesi pertama yang memang sangat bertolak belakang dengan jurusan kuliah saya, datanglah seseorang membawa tawaran. Yaaps.. tawaran itu berisi ajakan bergabung alias alih pekerjaan ke profesi kedua. Jelas bahagialah saya yang sedang "patah hati" terhadap profesi pertama setelah ditawarkan pekerjaan baru itu.

         Demi profesionalitas, profesi pertama saya jalani setahun full sesuai kontrak. Menjelang resign, saya menemukan satu titik kenyamanan dalam bekerja di sana. Walaupun ada hal-hal yang kurang berkenan, saya merasa ada titik yang menunjukkan secercah harapan untuk mengaktualisasikan diri, next time, di dunia karier selanjutnya. Alhamdulillah, saya belajar banyak dari profesi pertama ini, tetap bersyukur agar kedepan lebih baik.

         Satu hari resign dari profesi di dunia kesehatan, saya pun langsung menuju profesi kedua. Sebelum menyeburkan diri dalam pekerjaan baru ini, angan-angan indah telah terbayang. Wajar, karena tawaran datang dari orang yang terpercaya, baik, dan sholehah. Tambahan lain, pekerjaan ini memang lebih sesuai dengan jurusan saya dan saya cinta dunia pendidikan. Niat awal bergabung memang hanya ingin segera  "pergi" dari profesi yang lama menuju hal yang lebih berhubungan dengan studi saya dan lebih aman saat weekend, maksudnya ada waktu untuk menuju ladang ilmu agama setiap akhir pekan. Lantas setelah dua tahun bergabung?

         Satu pekan bergabung di profesi kedua, saya merasa stress teramat dahsyat. Tidak terlintas kenyamanan saat itu. Saya pun segera ingin beranjak pergi atau mengundurkan diri. Beberapa lowongan menjadi pegawai negeri membuat saya makin semangat untuk keluar. Namun, niat untuk tetap profesional di hadapan Allah serta ketakutan mengembang amanah rakyat jika sebagai pegawai negeri terus terngiang. Yuups, akhirnya saya bertahan sesuai kontrak pada profesi kedua dan terus menerus diperpanjang. Kenyamanan timbul tenggelam, tepatnya sekali timbul, berpuluhan kali tenggelam. Saya tahu begitu mulia pekerjaan saya ini, tapi... aaah... ya Allah, saya belum beraktualisasi, belum menjadi seutuhnya jiwa yang bekerja, jiwa yang menyertakan kecintaan menjadi khaira ummah.

         Di setiap niatan, sertakan Allah: karena Allah, cukup bagi kita Allah, biarkan Allah yang menentukan hasil dari kerja-kerja kita. Allah yang membuka jalan bagi doa-doa kita. Allah. Minta saja kekuatan dari Allah, ikhlaskan bekerja di jalan-Nya. Bukan menjadi yang biasa bekerja, tapi jadilah pekerja yang luar biasa karena Allah.

NB: pekerja itu bukan hanya yang digaji    : -D

Wallahu'alam



@ruang
7 Nov'15_ 09.17