Sabtu, 14 Maret 2015

Ilmu Kami Sebatas Tong, Ampunilah Rabb

Bismillah..

         Tumpukkan ratusan bahkan ribuan buku tiada menghasilkan manfaat jika tiada pernah dibuka, dibaca, dipahamkan, dan diamalkan. Proses meraih ilmu yang bermanfaat ternyata memerlukan waktu yang panjang, pengorbanan yang tidak sedikit, serta peluh yang bercucuran. Itu tidak seberapa jika iming-iming keberkahan yang banyak dari Allah. Saya terinspirasi dari perjuangan beberapa Imam terdahulu, salah duanya adalah Imam Asy-Syafi'i dan Imam Ahmad, semoga Allah merahmati mereka, yang dikisahkan dalam buku Salim A. Fillah, berjudul "Lapis-Lapis Keberkahan".

         Kedua imam tersebut sungguh luar biasa besar semangat juangnya meraih ilmu guna memahamkan hadits Rasulullah shalalahu 'alaihi wasalam. Ilmu keduanya mendalam, namun sikap mereka sangat merendah, saling menghormati sesama pembelajar. Masya Allah. Sungguh jauh sekali dengan sikap kami saat ini. Kami mungkin pembelajar, pembelajar dadakan, pembelajar cabutan, yang sering mengeluh lelah tak berdaya. Kami merasa banyak kelemahan atau ke-dhaif-an mencari ilmu, tetapi tetap saja sesaat setelah memperoleh ilmu seringkali sedikit banyak muncul arogansi dalam hati, astaghfirullah.

        Ada peribahasa yang cocok bagi kedua imam tersebut, yaitu seperti padi, semakin berisi semakin merunduk. Lalu apalah kami yang tong kosong nyaring bunyinya. Ya Allah, lindungilah kami dari kesombongan, bahkan secelup kesombongan yang tidak pantas kami tunjukkan.




@ruang
14 Maret'15_ 18.38
Book inspiration

Senin, 09 Maret 2015

Cahaya Dunia Itulah Dirimu: Guru (1)

         Bukan bermaksud membanggakan diri sendiri dengan profesi saat ini. Namun, saya menyaksikan sendiri betapa luar biasa para kawan-kawan guru yang sepenuh jiwa raga membimbing murid-murid agar semuanya menjadi bintang kelak. Luar biasa! Saya adalah salah satu saksi hidup sekaligus banyak belajar dari guru-guru "sakti" itu.

         Guru bukanlah profesi bergengsi, bukan pula profesi bergaji tinggi, apalagi sekarang seringkali sudah dianggap "obral" harga diri demi sertifikasi. Aaah.. itulah pengorbanan dan sebentuk konsekuensi atas pekerjaan yang begitu mulia. Para guru hanya manusia biasa yang sebenarnya tidak juga telah berhenti belajar. Jika ditemukan guru yang tugasnya hanya mengabsen siswa, memberi tugas, menilai lembar tugas siswa, dan duduk manis membagikan raport, itu namanya guru biasa, sebut saja guru "permukaan"

         Saat ditakdirkan Allah belajar sebagai guru di sekolah para bintang, saya pun menyadari tugas guru sejati bukan hanya berjudul memberi tugas kepada siswa dan menunggu siswa menyelesaikan tugas. Bukan sama sekali. Pekerjaan ini penuh konsekuensi, diliputi amanah mengerikan jika dilalaikan, dan meletihkan ternyata hiiks..

         Allah...
         Allah ingin kami, para pengajar di sekolah bintang, terus belajar, belajar membentuk generasi Robbani sebagaimana dahulu Rasulullah mengajarkan, membimbing, para sahabat, dari mulai sahabat dewasa sampai para sahabat cilik di waktu itu. Yaah, tugas kami belum seberapa dengan perjuangan Rasulullah dalam membela pendidikan agar seluruh umat Rasulullah merasakan, menikmati, dan mengamalkan Islam melalui pendidikan.

         Saya merasa sangat bersyukur kepada Allah telah berkesempatan mencicipi pendidikan Islam walaupun sebagian besar bukan berasal  dari sekolah formal. Rasa terima kasih kepada para guru-guru yang dengan pengorbanannya telah memberikan upaya optimal agar pendidikan terus berlanjut. Dengan pendidikan itulah Islam senantiasa tersebar hingga saat ini. Saya sangat berharap serta meminta pertolongan Allah agar kami diberi kekuatan untuk melanjutkan amanah pendidikan sehingga tugas kami sebagai manusia pun terjalani: khalifah fil 'ardh. Aamiin




NB: I have so many favorite teacher-learners at "Stars" school. Someday i will pick them in my blog. In sya Allah. ;-)





@Kawaakib, Nuh class
10 Maret'15  11:07