Minggu, 11 Oktober 2015

Kepusingan

Berat sekali memejamkan mata saat malam akhirnya berefek pada keberadaan saya di rumah hari ini. Ya, seharusnya saya sekarang sedang bersama anak-anak di sekolah. Rumah kontrakkan kami memang mungil, tapi ternyata menyimpan angin yang cukup banyak. Kemungilan rumah kami juga ternyata berperan serta pada pening yang tersimpan di kepala saya. Aaah...

         Hampir dua setengah bulan berstatus istri dan hampir sebulan mencoba mandiri dengan tinggal terpisah dari orangtua belum cukup bagi saya untuk beradaptasi. Benarkah? Hingga semua pikiran, perasaan, bersatu padu mengalahkan diri saya: menaklukkan kekuatan vitalitas, menggoyahkan imunitas, memerosotkan spiritualitas. Iyakah? Aaah..

         Bukan. Semua hanya alasan untuk bersiasat mundur ke belakang. Keberkahan memang kasat mata, sedangkan amanah nyata di muka. Semua itu bentuk ketidaksabaran dan kurangnya ikhtiar serta tawakal di diri saya.

         Seringkali kita menjadikan masalah kehidupan  sebagai pelegalan rasa keluh kesah. Padahal, masalah hidup mengajarkan kita untuk kembali, kembali kepada Allah. Rasa sakit fisik memang salah satu efek yang bisa terjadi saat kita tidak berpasrah kepada Allah atas pikiran kita tentang masalah hidup.

         Saya salah satu pelaku sekaligus korban dari mindset yang salah terhadap masalah hidup. Saya harus segera kembali. Walaupun waktu tidak bisa dikembalikan seperti semula, saya yakin bisa memperbaiki takdir saya atas izin Allah. Takdir yang belum bisa saya raba dan terka. Oleh karena itu, saya harus berusaha saja dengan kesungguhan tanpa perlu susah payah mengatur akhir dari usaha tersebut. Cukup Allah yang bertindak atas hasil.

"Ya Allah.. kuatkanlah punggung kami dalam memikul amanah. Sungguh kebodohan, jika kami yang telah berakad sanggup melalui amanah-amanah tersebut namun enggan menjalani dengan kesungguhan. Semua atas izin-Mu, ampunilah kami"

@ruang
12 Okt'15_ 08.51