Sesusah apakah menulis itu?
Itu adalah satu pertanyaan yang harus ditanyakan
berulang-ulang kepada diri saya sendiri. Seringkali saya merasa zalim karena
tidak menyalurkan sekian banyak ide dan pelajaran yang saya temukan di
perjalanan. Bahkan di banyak perjalanan yang hampir 22 tahun saya lalui.
Saya lucu sendiri jika ingat sejumlah tulisan saya
yang hanya sampai setengah matang atau dapat dikatakan setengah jadi, itu pun
baru berupa leksem (belum dituang menjadi kata). Bukan hanya dua-tiga tulisan,
melainkan lebih banyak lagi. Sayang juga, padahal tulisan itu bagus (menurut
saya, haha), walaupun saya tidak memohon plus memelas kepada orang lain untuk
baca postingan saya. Bagi saya, menulis
merupakan bentuk nyata dan sederhana dari pergerakan. Engkau tidak perlu menunggu
kepedulian atau perhatian orang lain untuk memulai aktivitas, bukan? Betapa repotnya
jika kita baru makan ketika ada orang yang dengan kasihan memberi kita sebungkus
nasi atau kita harus mengemis dulu untuk bisa makan. No! Mampukanlah diri kita
agar bisa makan tanpa harus menunggu pemberian orang. Tidak perlu peduli harus
makan dengan apa, asal kan halal. Sama halnya dengan tema tulisan, bebaskan
saja diri kita mampunya menulis apa, asal tidak menghina dan menjatuhkan orang
lain.
Pertanyaan kedua yang selalu saya ulang juga, yaitu..Kenapa
saya menulis?
Eemm.. mungkin karena saya butuh tulisan itu sebagai
cambuk ketika saya jatuh dan sebagai pembelajaran sekaligus evaluasi tersirat
bagi diri saya sendiri. Jika kebetulan ada orang lain yang membaca, saya hanya
menyakini, di dunia ini tidak ada yang kebetulan. ;-)
Rabu, 28 Maret’12_di tengah timbunan deadline skripsi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar