Seminggu berlalu setelah resmi diwisuda. Lalu menyisakan apa ya momen wisuda itu bagi saya? Entah.
Saya tidak merasa wisuda seminggu yang lalu sebagai momentum kebahagiaan. Banyak hal yang mendasari ketidakbahagiaan saya. Hal pertama adalah anggota keluarga yang datang sedikit, hanya papa dan kakak sulung. Jika mama bisa ikut aja, mungkin akan berbeda kadar ketidakbahagiaan saya. Selain cuma datang bertiga, ketika sampai di UI pun mepet banget sama jam salat Jumat, sedangkan pukul 13 wisudawan sudah harus baris. Otomatis ga bisa keliling UI buat foto-foto bertiga.
Hal kedua masih berhubungan dengan hal pertama. Sejauh mata memandang orang bertumpuk-tumpuk gitu, lho. Ada yang menyertakan pacar, adik, kakek-nenek, dan mertua mungkin, banyak deh orangnya. Lalu apakah saya iri? Tentu, tapi saya lebih merasa pusing dibandingkan ngiri. Saya memang tipe orang yang suka pening dalam keramaian, sudah ada studi kasus atau pengalaman tentang hal itu. Jadi, tidak bisa terlalu lama dalam tumpukan massa ketika wisuda.
Yang paling membuat saya sedih adalah tidak dapat berkumpul bareng adik-adik alumni SMA yang ternyata sudah menunggu lama. Nah, kalo yang ini berhubungan dengan hal kedua. Saya sudah berusaha mencari di manakah mereka kumpul, tapi saya keburu pusing duluan. Sedih. Padahal semenjak gladi resik wisuda mereka berencana ketumuan sama saya juga, hiks..hiks..
Wisuda bagi saya hanyalah sebuah ritual ribet yang bisa menyenangkan. Sayangnya,saat itu saya lebih merasa banyak ribet dibandingkan senangnya. No problem, someday we can create the moment again, insya Allah.
Gladi Resik Wisuda, 6 September 2012 @balairung UI Depok |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar