Rabu, 22 Juli 2015

Bosan....Lalu Aku?

Bosan?

Di-enjoy-in aja...

         Apakah krisis aktivitas yang menyebabkan timbulnya rasa jenuh atau bosan? Sering kan, kita merasakan bete, sebel, dan bingung mau berbuat apa ketika teman yang kita tunggu tiada tampak batang hidungnya. Yang paling sering kita lakukan saat menunggu adalah bolak-balik melihat gadget atau sebutlah semisal hape, padahal tidak ada notifikasi apa pun, hiiih, bosan, kan?

         Baiklah, kita sebut saja kejadian di atas sebagai kebosanan tipe pertama. Bosan karena krisis kegiatan: bingung mau berbuat apa. Jika masih punya sekantong kesabaran, kita masih berpositif untuk melakukan aktivitas ringan saat menunggu, misal dari yang paling sholeh mengaji, browsing, atau lihat-lihat sekitar sambil merenungkan tentang hidup (berat yaah). Tetapi hal ringan tersebut, jangan harap bisa mudah dilakukan kalau kita sudah sangat kesal menunggu, bad mood duluan. Ada lagi nih bosan tipe selanjutnya.

         Pagi ini sampai pukul 10.00 ada breifing dan beresin berkas-berkas. Setelah itu, rapat. Pukul 12.00 tepat  menuju restoran atau kantin untuk makan, berbaring di musola sejenak, sholat, dan lanjut deh di depan komputer. Tiba-tiba waktu menunjukkan pukul 16.30 saatnya siap-siap pulang dan memasrahkan diri desak-desakan lagi di KRL. Begitu agenda selama 5 hari berturut-turut dan kemudian diulang lagi selama seminggu, sebulan, setahun, dst. Mungkin banyak orang yang merasa bosan, apalagi tanpa promosi jabatan atau kenaikan gaji selama itu pula. Bete deh. Walaupun tidak menutup kemungkinan ada beberapa orang yang cukup menikmati rutinitas tersebut. Bergantung cara tiap individu memanfaatkan waktu senggang dan liburannya, yah. Bagi saya dan orang-orang unik semacam saya, rutinitas seperti itu bisa banget menjemukan.

         Kita sebut saja peristiwa di atas sebagai kebosanan tipe 2. Bosan terhadap rutinitas. Alhamdulillahnya, kantor dengan pekerjaan seperti itu biasanya menyediakan waktu cuti yang lumayan. Setidaknya bisa dimanfaatkan untuk liburan seminggu full tanpa kerjaan kantor. Lagipula, kebosanan tipe ini bisa pinter-pinter disiasati atau diminimalkan bagi kalangan yang kreatif dan mengenal dirinya dengan baik. Kebosanan selanjutnya, mau tahu?

         Tugas ini untuk besok jadi harus kelar; acara ini minggu depan dan dianggarkan biayanya, harus secepat-cepatnya karena sudah ditunggu bendahara. Perlengkapan untuk mengajar besok juga belum. Oiya, muroja'ah di kelas panjang juga yah, untuk besok. Semuanya untuk besok dan HARUS disiapkan segera hari ini. Yaah, ini mah keseharian saya banget, hehehe, berantakan sangat dan terkesan tidak terstruktur pastinya. Mungkin ini dinamakan bukan kebosanan, melainkan kepusingan. Iya, kalau pusingnya seminggu-dua minggu, bolehlah hanya disebut "kepusingan", tapi kalau sepanjang tahun ajaran? Bagi saya, inilah sejenis kebosanan. Bosan terhadap deadline yang selalu bertumpuk, padahal selalu berusaha dikerjakan sejadi-jadinya. Ya Allah, bosan tipe ini bagi orang-orang semacam saya, bisa banget menyebabkan stress atau depresi jika tidak diolah dengan cantik. Lalu, caranya?

         Peristiwa kebosanan yang baru saya ceritakan, dengan disebut kebosanan tingkat dewa, eeeh, kebosanan tipe 3 adalah kebosanan yang saya pun tidak mengerti lagi harus bagaimana ditangani. Jika saya mampu menangani dengan cantik, tentu saya tidak akan bercurhat panjang tentang aktivitas saya tersebut. Satu-satunya cara adalah berpasrah kepada Allah. Menerima dulu bahwa yang kita lakukan murni sebagai bentuk amanah yang Allah berikan kepada manusia untuk memakmurkan bumi-Nya. Berat kan? Sangat! Kalau mau bilang bosen, yaudah silakan pergi dari bumi Allah ini. Hiks..hiiks.., padahal amalan soleh masih jauh dikerjakan.

         Benarkah hanya saya yang merasakan kebosanan tipe 3 ini? Saya yakin tidak. Pasti banyak teman-teman senasib saya di belahan bumi sana yang juga pernah merasakan hal serupa. Lantas? Yakinkan diri sendiri bahwa Allah tidak akan membebani hamba-Nya di luar kesanggupan si hamba tersebut. Ketika Allah ingin menaikkan "harga" serta "kualitas" hamba yang dicintai-Nya, tidak mungkin dengan cara-cara standar.

Bismillah, yuk berhusnudzhan sama Allah. Dibawa asyik aja semua peristiwa yang telah diqadarkan Allah. Jadikanlah itu sebagai bentuk syukur kepada Allah dan tanda bahwa kita sedang dilatih bersabar dengan hal itu.

Ya ampun, beneran saya ngomong begini? Padahal sayalah orang yang paling lemah dan tertatih dalam mempelajari itu. Tidak masalah deh, semoga jadi doa aja.
Wallahu'alam...




@ruang
23Jul'15_ 10.49
Sambil merenungi kebosanan tipe 3


Tidak ada komentar:

Posting Komentar