Ketika tiada baru terasa...
Ungkapan itu adalah suatu hal yang dalam bahasa umumnya kita sebut penyesalan. Ketika dulu sering ketemu dimaki-maki, saat sudah berjauhan dicari-cari. Itulah manusia. Bunyinya mulut mencerca, tapi bunyinya hati mencinta.
Boleh dikatakan manusia kebanyakan tidak bersyukur dan kurang jujur. Mungkin itu juga penyebab terjadinya penyesalan. Akan tetapi, bisa saja awalnya memang tidak sreg, karena dipaksakan dengan kondisi tersebut, akhirnya terbiasa, lalu merasa ada yang hilang. Tidak salah memang pepatah yang berbunyi ala bisa, karena biasa.
Inti dari semua itu adalah sebagai manusia yang terbatas ilmunya, kita harus jauhi sikap takabur dan sombong. Kita tidak patut mendahului takdir Allah. Oleh karena itu, jangan pernah berkata tidak bisa, benci, tidak cocok, dan kata-kata negatif lain. Cukup dijalankan dengan bismillah dan yakin kepada Allah. Nanti Allah yang bukakan jalan.
Sebenarnya menyesal atau tidaknya kita, terletak dari pikiran kita masing-masing. Yang menjadi titik tekan bukan penyesalan itu sendiri, melainkan cara kita menyikapi penyesalan. Sungguh, kitalah yang harus mengatur situasi pikiran dan perasaan kita agar tidak terperosok jatuh dalam lubang penyesalan.
Saat kita kehilangan orang yang kita cintai, misalnya salah satu anggota keluarga tutup usia, lalu kita menyesal belum memberikan yang terbaik, lantas bagaimana? Bagaimana cara "melampiaskan" rasa sesal sehingga berganti dengan keberkahan bagi orang tersebut dan bagi kita yang ditinggalkan. Sisi positif itu yang harus kita tanamkan. Rasa sedih dan kehilangan adalah hal yang wajar, itu pasti kita rasakan, tetapi putus asa atas rahmat Allah adalah kebodohan. Bukankah itu makna yang Allah sampaikan terkait, innalillahi wa inna 'ilaihi raaji'un.
wallahu'alam
@ruang
_6 okt'13_ 19.35
Tidak ada komentar:
Posting Komentar