Mencari pilihan vitamin C yang harus diasup tubuh itu bikin bingung juga. Sedari kemarin, saya melahap hampir empat buah jeruk yang ternyata baru saya ketahui kadungan vitamin C-nya lebih sedikit dibandingkan buah kesukaan saya, pepaya. Apa boleh dikata, sejak penyakit "rutinan" saya (semoga jadi yang terakhir) memuncak di hari Jumat kemarin, saya mulai mencari-cari solusi penyembuhan terbaik. Sebelum pemuncakan terjadi, saya berniat mencegah dengan obat warungan yang saya minum malam Jumat dan berakibat "putus" ke sekolah keesokan harinya. Niatnya mencegah ternyata malah memperparah.
Saat pemuncakan terjadi, yang lebih dominan adalah pilek, namun batuk sudah mulai menggerogoti tajam juga sebenarnya. Saya tanpa pikir panjang minum obat bentuk tablet batuk pilek yang kelas apotek, bukan warung lagi. Tidak. Ya, tidak memberi efek. Hari Sabtu pun tiba dan kondisi saya membaik sedikit, tapi masih sangat bergantung pada tissue dan botol air minum. Beberapa teman dari ranah kesehatan, ada pula dokter, menyarankan vitamin C sebagai solusi.
Dasar saya memang masih apotek oriented, pikiran saya tertuju dengan kapsul botolan yang berlabel vitamin C. Saya masih ingat ketika masih bekerja di apotek, saya cukup rutin minum vitamin C botolan macam itu. Saat bapil parah saat itu , saya minum ehinacea plus vitamin C berjudul Imbo*s* bentuk effervescence dan ajaibnya bapil memulih tanpa tunggu hitungan hari. Ajaib ya, mungkin karena harganya wooow juga kali ditambah satu bulan menjelang expired date. Bayangkan, isi 10 tablet di atas seratus ribu harganya, subhanallah aja, memang antara terpaksa dan naluri ingin coba saat itu.
Sampai detik ini saya masih menimbang apakah memang harus beli vitamin C botolan untuk pemulihan atau ke pilihan vitacimin C lain. Yang pasti untuk obat saya jauhi dulu karena saya jenuh mengulang alur sakit "rutinan" ini. Obat itu bukan penyembuh, hanya pemulih sementara terutama bagi saya dengan bapil ini. Saya sudah cukup menghitung berapa kali ke dokter untuk berobat dan mengalami daur ulang yang sama setiap 3 bulan. Saya merasa ada yang harus dibenahi dari sistem imun saya yang tidak bisa dibungkam dengan obat. Drug is not solution anymore for me.
Saya tidak boleh kalah dengan kesakitan ini. Ketidaksabaran untuk sembuh juga mempercepat saya untuk menyerah kembali kepada obat. Pekerjaan sebagai pendidik sekaligus pengajar pun mau tidak mau ada masanya untuk stress. Apa jadinya jika dalam beberapa bulan sakit ini kambuhan lagi saat stress tiba-tiba mendera. Yup, mulai latih kesabaran dengan tekun hidup sehat dengan asupan gizi seimbang. Segala sesuatu yang instan efeknya cenderung mudah hilang, biarkan dulu proses hidup sehat berjalan untuk kini dan nanti.
Muslim yang kuat lebih dicintai Allah dan Rasul dibandingkan muslim yang lemah.
It's fruity time!!! :")
@ruang, Monday night
05 Mei'14_ 21.15
Tidak ada komentar:
Posting Komentar