Satu panggilan tak terjawab pukul
04.04 dari Yoga,2 tertera di ponsel saya.
“Hah, ngapain nih Yoga nelpon sepagi ini?”
Setengah sadar
saya bertanya kepada diri sendiri dan saat itu waktu menunjukkan sekitar pukul
04.10. Tentu bukan disengaja saya tidak ingin mengangkat telpon, tapi memang saya tidak mendengar suara deringan
ponsel yang saya taruh di dalam kamar, sedangkan saya terlelap di ruang luar
(musola).
Ingin hati me-SMS Yoga dengan
singkat : “Apa?”
Tapi sayang,
daya tarik tempat tidur terlalu kuat dan tangan saya pun tidak bisa bergerak
sendiri untuk SMS atau menelpon balik. Akhirnya, saya meletakkan tubuh di
kasur, tepat di sebelah Lili, sambil tetap menggenggam ponsel. Dalam beberapa
menit saya menggigil kedinginan di atas kasur dan sulit terlelap. Namun,
menit-menit sesudahnya saya kian lupa
dengan panggilan telpon dari Yoga, serta niatan untuk SMS pun tersapu
oleh kantuk.
Lalu sekitar pukul 04.40…
“Ukh, empat laptop ikhwan ilang dan barang-barangnya juga.”
Sejurus saya dan
Lili bangkit dari tidur dengan kaget mendengar satu kalimat yang terucap jelas,
cepat, dan lumayan keras oleh Nadroh. Sungguh itu adalah cara bangun yang
terkaget dan terdeg-degan sekaligus tercemas yang pernah saya alami. Nadroh pun
dengan langsung menjelaskan semua ponsel ikhwan hilang, kecuali ponsel Yoga.
Tas dan barang-barang lain yang terlepas-badan dengan para ikhwan itu pun raib.
Saya hanya mampu terbengong-bengong cemas saja saat itu, bahkan untuk
mengendalikan deguban jantung pun saya tidak mampu lagi. Selain bengong, saya
juga hanya mampu membatin: “Kok bisa?”
Nadroh
pun berkata lagi, “Kata Yoga coba dicek akhwatnya ada yang kehilangan atau engga dan jangan keluar dulu sampai ada
info lebih lanjut.”
Saya
masih nge-blank percaya tidak percaya
atau mengharap ini cuma mimpi saja ketika Nadroh keluar kamar. Akan tetapi,
Lili mulai membangun percakapan dengan saya bahwa bagaimana bisa kita selesai
diskusi raker pukul 01.30 lalu selang beberapa jam barang-barang sudah hilang.
Dari percakapan itu barulah sadar saya: Ya, ini BUKAN mimpi.
Para ikhwan
memang beristirahat/tidur di ruang presentasi raker yang tempatnya merupakan
aula terbuka ber-AC (AC=Angin Cepoi-cepoi), tapi kita tidak menaruh curiga
tentang keamanan dan lain sebagainya. Setelah ngobrol ringan dengan Lili, saya
keluar kamar untuk memastikan kalau kondisi di akhwat baik-baik saja atau tiada
kehilangan apa pun. Saat keluar kamar pun, tampang saya ternyata menggambarkan
kecemasan. Buktinya setelah saya membangunkan Annisa dan Afina untuk salat
Subuh, mereka berkata, “Kenapa, Ka?” Langsunglah saya menceritakan sekilas dan
menyuruh segera salat Subuh. Antrian wudhu salat saat itu diwarnai kecemasan
dan segala pertanyaan. Saya dapat merasakan semua akhwat diliputi pertanyaan: “Hah, hah, kok bisa?”
Seusai salat
Subuh, para akhwat membuka diskusi terbuka tentang “peristiwa sebelum subuh
para ikhwan” di kamar tempat saya dan Lili. Tentu saja narasumbernya adalah
Nadroh. Di situ barulah agak lebih jelas kisah utuh, kronologis, serta barang
apa dan milik siapa saja yang hilang. Ada satu yang unik di pikiran para
akhwat, apakah itu?
Alhamdulillah laptop Taufan tidak hilang.
Kenapa
satu hal itu yang ada di pikiran akhwat sebenarnya wajar saja secara semalam
Taufan sebagai MC, kami—para akhwat—mengetahui bahwa laptop Taufan asli merek
Apple dan kami tahulah kisaran harganya. Walaupun memang lebih jelas, tetap
saja masih ada saja pertanyaan-pertanyaan yang belum kami ketahui saat itu,
misalnya kunci motor bagaimana, tindakan yang dilakukan apa, dll. Setidaknya
dari diskusi itu kami memcoba menggali beberapa hikmah. Begitulah, sampai
muncul pertanyaan dari Lili, “Terus
gimana ya timbulnya? Berarti ga jadi kan ya?” Sebenarnya Lili pun sudah
tahu jawabannya dan saya hanya membalas dengan senyum ringkas saja.
Kegiatan
yang tidak boleh berubah dari jadwal karena ada peristiwa sepahit apa pun
adalah MAKAN. Setelah diskusi terbuka itu, beberapa akhwat terpencar, beberapa
ke atas (liat-liat situasi), beberapa ke kamar masing-masing, dan beberapa ke
dapur, termasuk saya. Tempat boleh berpencar-pencar,
tapi obrolan tetap sama tentang “peristiwa sebelum subuh para ikhwan”. Semakin
diulang tentang peristiwa itu semakin merindinglah saya. Di pikiran kami
berkecamuk antara, itu orang siapa sebenarnya yang ngambil, kerugian yang dialami, sampai skripsi yang kemungkinan datanya
ada di dalam laptop (maklum deh, para akhwat orientasi skripsi, padahal di
ikhwan wallahu’alam).
Acara
belum berakhir ternyata, sekitar pukul 09.30 kami berkumpul di tempat kejadian
perkara “peristiwa sebelum subuh” atau sebut sajalah aula ber-AC. Semua bidang sudah presentasi sampai dini
hari semalam, tetapi Pengurus Inti (PI) dan Badan Pembina (BP) belum, jadi di
saat itulah kesempatannya. Situasi memang lebih diam dan beberapa ikhwan pun
sedang mengurus laporan di kantor polisi. Agenda raker berakhir sekitar pukul
11.00, tetapi itu belum termasuk cuci piring bekas makan ikhwan dan peralatan
lain. Ada lagi, air di tempat akhwat mati sehingga wajarlah baru betul-betul rapi
setelah beberapa menit menuju pukul 12.00, itupun kami menunggu angkot carteran
dulu. Pas sekali adzan Zuhur berkumandang, angkot carteran datang dan para
akhwat langsung naik, kecuali Erni yang membawa motor, sedangkan para ikhwan
bermotor itu salat Zuhur di Villa.
Di
dalam angkot carteran, saya hanya mampu mengamati wajah-wajah lelah akhwat. Saya yakin raker
tahun ini, atau dapat disebut, raker FASI terakhir saya (sebagai BPH) adalah
raker “teristimewa” dari Allah. Peristiwa miris yang terjadi saya kolaborasikan
dengan ingatan-ingatan ketika Ghunarsa, Taufan, dan Lili dalam syuro PI memperjuangkan
raker FASI di luar Jakarta dengan sangat maksimal, mampu mendidihkan keharuan
saja di sepanjang perjalanan pulang. Kita hanya mampu berencana dan ternyata
rencana kita diperindah oleh Allah.
Untuk teman-teman yang menjadi
korban “peristiwa sebelum subuh”: Ghunarsa, Budi, Yoga, Taufan, Gama, dan k
Fadhil, kemudian teman-teman yang ikut merasakan kecemasan di TKP: Nadroh,
Erni, Shifa, Afina, Lili, Latansa, Anun, Citra, Annisa, Fika, dan tak lupa juga
teman-teman yang jasadnya tak hadir raker, namun semangat dan doanya sampai
pada kami, ada ucapan dari saya.
Saya yakin Allah sangat mencintai kalian semua dan semoga Allah pun
mencintai saya karena telah mencintai kalian.
~semangat beramal jamai di FASI
2012, saudara/iku..