Bismillah..
Kadang kita
terjebak dengan kata “masalah”. Sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan
masalah? Saat ini saya sedang males sekali mendefinisikannya sesuai kamus, jadi saya definisikan sesuai yang
saya alami saja.
Sedikit
mencurahkan rasa, beberapa hari belakangan memang ada pikiran dan sikap orang
lain yang sangat mengganggu saya, kemudian ditambah aura negatif yang membuat
saya lebih “jatuh”. Bahkan jika saya masih terbawa kesensitifan, saya mungkin
dapat dikatakan masih “jatuh” hingga saat saya menulis –apalah namanya—ini.
Lalu, apakah segala gangguan itu, yang dinamakan masalah?
Sebenarnya
tulisan ini bukan dimaksudkan untuk
mencari tahu dan mengubek-ubek sebuah definisi tentang masalah, tidak
sama sekali. Mari kita anggap sajalah yang saya alami belakangan ini
betul-betul bernama masalah. Ketika kita dalam kondisi bermasalah itu, begitu
sulitkah untuk bangkit?
Pada umumnya,
ketika menghadapi gangguan sedikit saja, kita sudah merasa seperti orang yang
paling menderita di dunia. Ambil contoh diri saya sendiri. Yang saya lakukan
“pas pertama kali” ketemu gangguan itu, saya
bisa nangislah, nyanyi teriak-teriak ga jelaslah, jalan-jalan ga tentu
arahlah, semata-mata untuk meluapkan emosi dan menenangkan diri, sebentar saja.
Saya merasa wajar untuk mengembalikan ritme jiwa. Akan tetapi, hal-hal yang
saya sebutkan tadi (nangis, nyanyi, jalan) tidak memiliki kekuatan untuk
membangkitkan diri saya dari –anggaplah—ketepurukan.
Ternyata memang
hanya satu yang dapat kembali membangkitkan gelora dan semangat saya, yaitu
teman perjalanan hidup saya (semoga dunia-akhirat, aamiin). Teman itu selalu menyakinkan diri saya bahwa masalah yang sedang dihadapi tidak lebih
besar daripada nikmat yang sampai kepada saya. Saya pun berpendapat hidup itu memang pasti
ada masalah, bukan hidup namanya jika tanpa masalah.
Teman itu pun
dengan bijaksananya menyadari secara tidak langsung kepada saya bahwa masalah
itu sebenarnya adalah diri saya sendiri.
Ya, kita adalah biang masalah dalam hidup kita. Ketika kita tidak hidup,
pasti tidak ada masalah, hehe.. bukan seperti itu juga pemikirannya. Jangan pernah berpikir maksud dari “kita
adalah biang masalah” itu sebagai kutukan atau berpikir seperti ini, “Tuch, emang semua persoalan terjadi
gara-gara gue deh, udah gue bunuh diri
aja!” Eit, bukan seperti itu, tolong ya. Biang masalah itu memang
ada dekat dengan diri kita, yaitu hawa nafsu. Hawa nafsu manusia sangat
berpotensi melebihi bisikan syaitan. Dimulai dari hawa nafsu muncullah marah, kecewa, stres, dendam, fitnah, sampai saling bunuh. Maka, ketika kita tidak dapat
mengelolanya, habislah semua.
Kembali ke teman
hidup saya, cuma satu memang dan tidak ada bandingannya. Saya merasa siapa pun
boleh berantem dengan saya, musuhan, ga mau ngomong, ngambek, atau apa pun itu.
Tidak masalah (ada kata masalah lagi nih, hehe), asal bukan teman hidup saya
itu. Teman itu memberikan banyak hal yang tidak dapat diberikan siapa pun di
muka bumi ini. Siapa pun. Padahal, seringkali saya kurang deket dengan teman
itu, tapi dia selalu memberi kekuatan ketika sedang bersama. Dia yang selalu membuat saya up. Walaupun
ingin rasanya memperpanjang roman tentang teman itu, lebih baik saya langsung
kasih tahu saja siapakah itu. Teman hidup itu adalah Quran.
Karena kita
adalah biang masalah, Quran dapat menjadi penyembuh penyakit bermasalah kita
itu. Yang periu diingat lagi Quran selalu berhasil membuat segala masalah
menjadi biasa. Quran selalu membuat kita tidak perlu berperang angkat sejata
dengan masalah karena nikmat Allah jauh lebih besar dari masalah itu. Dengan demikian, kita
lebih tenang menghadapi gangguan apa pun.
Efek penyembuhan
Quran tidak berhenti sampai situ, Quran juga dapat melipatgandakan semangat
kita. Oeh karena itu, jangan berhenti ketika banyak gangguan yang menghadang
perjalanan kita. Jangan putus asa saat banyak orang mencibir dan menertawakan
kita. Kenapa? Karena banyak hal yang belum kita lakukan, belum kita amalkan,
dan belum kita siapkan untuk bekal kita nanti. Banyak kebaikan yang belum kita
lakukan. Kalau kita lemah sedikit saja dalam perjalanan ini atau menyerah
terhadap gangguan itu, kelak kita bersaksi apa di hadapan Allah? So, be positive. Jangan hiraukan hal-hal yang membuat kita berhenti dan "mati".
Quran itu adalah
firman Allah. Ya, firman Allah. Melalui
firman-Nya, Allah menyuruh untuk bergerak dan terus bergerak dalam kebaikan.
Bersyukurlah ketika ada gangguan yang membuat kita agak bermasalah, mungkin itulah maksud Allah agar kita dapat
bergerak lebih maksimal lagi.
Saat ini, saya
bukan hafidzah Quran. Lalu apakah harus menjadi hafidzah dulu baru kita dapat
merasakan nikmat Quran? Nah, pertanyaan kita balik, belum menjadi hafidzah aja,
sebegitu banyak nikmat yang Allah berikan, bagaimana kalau sudah jadi?
Fabiayyi
aalaairabbikumaa tukadzzibaan
Wallahu’alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar