Saya masih teringat pernyataan seorang teman kampus beberapa pekan sebelum saya ujian skripsi (baca: sidang). Dia berkata begini kira-kira, "Ngapain cepet-cepet lulus kalo belum jelas rencana setelah lulus!"
Pernyataan itu keluar dari mulutnya setelah dia mengajukan pertanyaan tentang rencana saya setelah lulus. Jawaban saya saat itu memang tidak memuaskan baginya, terlalu tidak jelas mungkin rencana saya. Kalau boleh berkata jujur sih, agak tidak rela cepat-cepat melepas status mahasiswa. Bagaimana tidak, jadi mahasiswa itu enak, penuh mimpi-mimpi indah nan idealis, serta strata yang paling nyaman menurut saya. Akan tetapi, amat egois jika mau berlama-lama menjadi mahasiswa. Dunia realita telah menunggu. Si Kakak yang membiayai ongkos pun telah berkoar-koar supaya saya cepat lulus.
Teman-teman kuliah bahkan pembimbing skripsi pun menyangka rencana saya pascakampus adalah "langsung" menikah. Lelaki malang mana yang mau menikahi saya saat-saat ini? Itu suara batin saya. Bukan, bukan. Bukan pernikahan yang ada di benak jangka pendek saya setelah menjadi sarjana. Cuma terlintas satu rencana, yaitu KERJA! Belum terpikirkan saat itu pekerjaan macam apa yang saya akan tekuni. Idealnya sih di area perbahasaan, entah itu menjadi guru bahasa (seperti yang dianggap para teman atau adik kelas di SMA), editor, tulis-menulis, atau dunia jurnalistik. Namun, saya merasa dunia kerja itu tidak harus seideal dunia kampus, saya pun membuka peluang untuk belajar dunia yang baru.
Saya sudah pernah berkecimpung di dunia pendidikan. Walaupun hanya sebagai guru bimbel atau privat, saya setidaknya tahu formula pengajaran yang baik itu seperti apa. Lebih banyak sedihnya jadi pengajar bimbel bahasa Indonesia itu. Sakit hati pokoknya. Visi bimbel dengan visi saya sebagai pendidik bahasa dan kebudayaan Indonesia tidak menyatu. Oleh karena itu, mencoba hal baru adalah pilihan yang lebih baik.
Lalu saat ini.. saya menemukan keluarga baru di tempat kerja dengan segala realita kehidupan yang sederhana dan... begitulah. Sebuah pekerjaan yang tidak pernah saya sangka sebelumnya. Pekerjaan yang kembali mempertemukan saya dengan bidang IPA.
Cinta itu tak terletak pada kesan pertama karena cinta itu adalah proses. Proses pembelajaran untuk mencintai seikhlas hati.
Senin, 2 Syawal 1433 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar