Jumat, 14 September 2012

Cahaya yang Dicoba Padamkan (oleh mereka)

Salah satu media mengabarkan fitnah secara terang-terangan tentang Islam. Lantas, reaksi apa yang mereka inginkan dari kami, umat Islam? 

Ini bukan kali pertama pengabaran ngawur media terhadap Islam. Sudah kesekian kali hal yang sama terjadi. Bukan rahasia memang jika musuh Islam bertebaran di muka bumi. Mereka pun sepertinya sudah dapat menebak reaksi umat Islam: penuh kobaran amarah. Umat Islam mana yang tidak teriris hatinya ketika difitnah oleh sekelompok orang yang  mengaku Islam, tapi sekaligus membencinya. Astaghfirullah.

Saya senantiasa refleksi lagi dan lagi untuk berpanjang reaksi terhadap hal ini. Kasus yang baru saja tersiar secara spesifik memfitnah lembaga keislaman sekolah (RoHIS) sebagai tempat pembentukan teroris muda. Reaksi dari saya? 

Islam disangka teroris itu bukan makanan baru di penjuru dunia. Akan tetapi, kali ini terlampau berlebihan karena membawa label yang pasti ada di setiap sekolah. Sedih sebenarnya. Sekolah atau pendidikan di Indonesia (khususnya sekolah negeri) sampai saat ini belum sukses membentuk pribadi yang jujur, apa sebabnya? Hal ini disebabkan oleh pemisahan nilai antara kognitif dan akhlak. Oleh karena itu, perlu adanya asupan seimbang yang diwadahi oleh Rohis. Namun sekarang apa yang terjadi? Lembaga itu pun dikerdilkan, contoh mudahnya adalah SMA saya. 

Aah, terlalu panjang jika bercakap mengenai SMA itu. Hilang selera saya. 


~hampir tengah malam, 14 Sept'12
Fitri Apriliani Lestari

Kamis, 13 September 2012

Sepenggalah Wisuda

Seminggu berlalu setelah resmi diwisuda. Lalu menyisakan apa ya momen wisuda itu bagi saya? Entah. 

Saya tidak merasa wisuda seminggu yang lalu sebagai momentum kebahagiaan. Banyak hal yang mendasari ketidakbahagiaan saya. Hal pertama adalah anggota keluarga yang datang sedikit, hanya papa dan kakak sulung. Jika mama bisa ikut aja, mungkin akan berbeda kadar ketidakbahagiaan saya. Selain cuma datang bertiga, ketika sampai di UI pun mepet banget sama jam salat Jumat, sedangkan pukul 13 wisudawan sudah harus baris. Otomatis ga bisa keliling UI buat foto-foto bertiga.

Hal kedua masih berhubungan dengan hal pertama. Sejauh mata memandang orang bertumpuk-tumpuk gitu, lho. Ada yang menyertakan pacar, adik, kakek-nenek, dan mertua mungkin, banyak deh orangnya. Lalu apakah saya iri? Tentu, tapi saya lebih merasa pusing dibandingkan ngiri. Saya memang tipe orang yang suka pening dalam keramaian, sudah ada studi kasus atau pengalaman tentang hal itu. Jadi, tidak bisa terlalu lama dalam tumpukan massa ketika wisuda.

Yang paling membuat saya sedih adalah tidak dapat berkumpul bareng adik-adik alumni SMA yang ternyata  sudah menunggu lama. Nah, kalo yang ini berhubungan dengan hal kedua. Saya sudah berusaha mencari di manakah mereka kumpul, tapi saya keburu pusing duluan. Sedih. Padahal semenjak gladi resik wisuda mereka berencana ketumuan sama saya juga, hiks..hiks..

Wisuda bagi saya hanyalah sebuah ritual ribet yang bisa menyenangkan. Sayangnya,saat itu saya lebih merasa banyak ribet dibandingkan senangnya. No problem, someday we can create the moment again, insya Allah.

Gladi Resik Wisuda, 6 September 2012 @balairung UI Depok

Ethical Training

Perfeksionis, disiplin, dan jutek. Itu kesan yang terlihat dari sosok sang ibu "empunya" Departemen 1 perusahaan kami. Ilmu beliau memang dahsyat, tidak diragukan. Dari sekian puluh guru atau pun pembimbing studi yang pernah saya temui, beliaulah yang paling luar biasa ketat sekaligus kejam peraturannya. Wajar memang jika saya merasa kuliah "farmasi aplikatif" dengan bobot 6 sks selama training departemen 1 ini. Para senior pun mengatakan dari segala training yang ada di perusahaan, memang training paling berat adalah training dengan "si ibu" tersebut.

Quotes pertama dari beliau yang saya suka adalah begini kira-kira; Kalian harus belajar dengan sungguh-sungguh. Pelajaran yang saya berikan dalam training ini tidak saya dapatkan dalam kuliah saya bertahun-tahun, jangan disia-siakan. Semua lulusan farmasi belum tentu mengerti apa yang saya terangkan dalam training ini. 

Begitulah ungkapan beliau dalam training hari pertama di sesi pagi. Jika mendengar langsung intonasi suara beliau, pasti lebih kerasa kejutekan dan kesombongannya. Akan tetapi, bagi saya beliau itu inspiratif. Kenapa? Karena beliau mampu dengan lantang berkata, "Kita bisa"!

Siapakah beliau?

~continue then

Selasa, 11 September 2012

New Home

Kantor saya memang di Jalan Limo No. 40, Senayan, Jak-Sel. Akan tetapi, keseharian saya di outlet. Gambar di bawah ini adalah unsur terpenting yang harus ada di outlet. That's my home (second home).





Pasti banyak yang kaget, bertanya-tanya, dengan kata pertama, "Kenapa?". Apabila ada orang yang mendapatkan jawaban saya atas pertanyaan tersebut, siapa yang tahu bahwa jawaban saya itu sungguh-sungguh?

Bukan saatnya lagi mempertanyakan, mengasihani, atau apa pun yang berhubungan dengan penyesalan.  Berupaya sebaik-baiknya dan berdoa seikhlas-ikhlasnya, itu saja. Biarlah takdir Allah yang menjawab apa yang terjadi kemudian: sesuatu yang saya yakini jauh lebih saya dambakan dari segala penilaian orang saat ini.

Saya tetaplah saya, apa pun profesi yang saya jalani.
Dan saya selalu jadi penyair cinta bagi dia... (yeah, I have new poem for him, always)

Siapa

Beberapa tahun silam,
dengan mengendap-endap kuberharap langkah kita utuh berpadu.
Tiada benci, marah, dan ragu,
meskipun kita semua tahu bahwa waktu akan cepat berlalu.

"Semoga kawan, perubahan hanya membawa kita pada kebaikan",
Dirimu, tetaplah seperti itu, seperti dulu.
Janganlah terburu meninggalkan jejak-jejak,
yang telah menjadikanmu baru.

dan...
dalam ketidaksadaran,
seiring putaran hari yang berjalan
hanya satu sosok yang mengalami perubahan,
yaitu: aku!

Kalian, antara sadar atau mungkin tak peduli,
atau sesuatu lain yang tak dimengerti,
berlari melesat bersama mimpi.
Meninggalkan endapan yang hanya terbaca oleh hati.