Selamanya kita mungkin bisa dapat menyimpan perasaan. Menggantungkan sikap dan keputusan kita selayaknya langit mendung yang entah kapan dinaungi hujan. Lalu apakah mendung atau hujankah yang lebih baik serta banyak berkahnya? Kenapa saya harus bertanya?
Mendung itu merupakan gejala alam ketika awan "menyimpan" gas-gas hasil penguapan serta sudah terlihat lelah membawa gas-gas tersebut. Wajarlah jika ia lalu terombang-ambing diterpa angin, mengikuti arah yang tak tentu sehingga gelaplah daerah yang dilaluinya. Gelap. Seumpama rahasia hati yang penuh misteri dan hanya mampu bergemuruh sepi, sendiri. Sekeliling daerah yang dilalui awan terlihat seperti biasa saja, tapi sedikit samar. Hawa sekitarlah yang mampu menjelaskan keanehan yang tak terbaca kelima indera. Terkesan baik-baik saja, padahal berhawa berbeda.
Keganjilan hawa akhirnya tak selamanya tanpa jawab. Jawaban satu-satunya yang melegakan adalah keteduhan hujan. Hujan mampu "menguraikan" serta "mengungkapkan" segala yang terlihat samar. Walaupun sering pula pengungkapan itu diiringin caci maki benci. Namun, itulah bentuk "pengembalian". Kembali menuju cahaya terang, bersiap untuk menyuburkan tanaman-tanaman yang kering. Dengan atau tanpa pelangi hujan memberi kesan indah penuh sensasi. Membasahi debu-debu di jalan dan mengalirkan segala jenis kotoran. Meskipun sesekali petir dan gemuruh bersahutan, tak begitu lama ia akan berhenti. Di satu titik akan kembali menjadi normal, seperti sedia kala, tanpa ada yang tersembunyi.
Antara mendung dan hujan, manakah cerminanmu?
_Fitri Apriliani Lestari
16 Desember 2012, Today is Holiday
Tidak ada komentar:
Posting Komentar