Gempuran
ide di kepala betul-betul tak terbendung. Padahal nanti siang ada Ujian Akhir
Semester Bahasa Italia Dasar , tapi saya merasa (masih) harus menulis “ke-random-an”
ide saya sedari kemarin hari.
Bulan Mei
semakin ingin beranjak, begitu juga keinginan saya, yaitu ingin beranjak pergi
dari kepungan skripsi. Akan tetapi, kini saya sadar bahwa ada dua hal yang
sangat sulit untuk kita hadapi, apakah itu? Memulai dan mengakhiri sesuatu, hal
itu pula yang tejadi dalam proses kreatif pembuatan karya ilmiah terbesar saya
di Prodi Indonesia Universitas Indonesia (baca: skripsi).
Setelah
dipikir lebih jauh, ternyata tidak sebatas dalam penulisan skripsi saja, tetapi
dalam berbagai hal pun sama. Kalau dalam penulisan skripsi, saya merasa membuat
dasar yang kokoh di awal penulisan itu luar biasa pusingnya dan ketika sampai
di akhir ada hal yang membuat saya lebih pusing, yaitu membuat ending yang tepat. Jangan tanya tentang
bagian pertengahan, karena saya sangat menikmatinya, ya menikmati setiap
gempuran ide di antara kesempitan waktu.
Dalam kehidupan
pada umumnya mungkin akan kita temui memulai itu lebih sulit daripada
mengakhir, atau sebaliknya. Sebutlah saja belum tentu dua hal itu sulit secara
bersamaan walau tidak menutup kemungkinan bisa sama-sama sulit. Saya ambil
contoh pemilihan jurusan kuliah berdasarkan yang sama alami. Keputusan akhir
saya memilih jurusan Sastra Indonesia ketika SNMPTN itu bukan perkara mudah. Saya
berperang dulu dengan kebatuan saya, rasa gengsi, menilik pendapat orangtua,
dll. Sulit. Itulah mengapa saya tidak terlalu berharap banyak saat melihat pengumuman
SNMPTN.
Ketika
masa kuliah telah tiga setengah tahun berlalu, saya merasa berat sekali untuk
mengucapkan selamat tinggal dengan prodi ini. Saya akui bahwa di awal-awal
perkuliahan, saya merasa bodoh sendiri dan salah jurusan, tetapi seiring
berjalannya waktu, cinta tumbuh lebih besar dari perkiraan saya. Banyak masukan
positif dan inspiratif dari dosen yang membimbing. Belum lagi warna-warni ideologi
yang menyemangati diri untuk lebih meningkatkan diri. Aahh.. memang mengakhiri itu susah.
Walaupun saya harus pergi, cinta itu ‘kan tetap ada.
Sesulit
apa pun dua hal tersebut, yakinlah kita dapat menghadapinya. Jangan sekadar
menyakini kemampuan diri kita sendiri karena kemudahan itu belum tentu berasal
dari kita. Bagi saya, berbagai kemudahan saya dapatkan karena pertolongan
Allah. Ya, dengan kekuatan-Nya dapat menjadikan segalanya mudah-mudah saja dan
semoga berkah.
(Fitri
Apriliani Lestari_Prodi Indonesia UI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar