Minggu, 27 Mei 2012

Dua Hal Sulit


Gempuran ide di kepala betul-betul tak terbendung. Padahal nanti siang ada Ujian Akhir Semester Bahasa Italia Dasar , tapi saya merasa (masih) harus menulis “ke-random-an” ide saya sedari kemarin hari.

Bulan Mei semakin ingin beranjak, begitu juga keinginan saya, yaitu ingin beranjak pergi dari kepungan skripsi. Akan tetapi, kini saya sadar bahwa ada dua hal yang sangat sulit untuk kita hadapi, apakah itu? Memulai dan mengakhiri sesuatu, hal itu pula yang tejadi dalam proses kreatif pembuatan karya ilmiah terbesar saya di Prodi Indonesia Universitas Indonesia (baca: skripsi).

Setelah dipikir lebih jauh, ternyata tidak sebatas dalam penulisan skripsi saja, tetapi dalam berbagai hal pun sama. Kalau dalam penulisan skripsi, saya merasa membuat dasar yang kokoh di awal penulisan itu luar biasa pusingnya dan ketika sampai di akhir ada hal yang membuat saya lebih pusing, yaitu membuat ending yang tepat. Jangan tanya tentang bagian pertengahan, karena saya sangat menikmatinya, ya menikmati setiap gempuran ide di antara kesempitan waktu.

Dalam kehidupan pada umumnya mungkin akan kita temui memulai itu lebih sulit daripada mengakhir, atau sebaliknya. Sebutlah saja belum tentu dua hal itu sulit secara bersamaan walau tidak menutup kemungkinan bisa sama-sama sulit. Saya ambil contoh pemilihan jurusan kuliah berdasarkan yang sama alami. Keputusan akhir saya memilih jurusan Sastra Indonesia ketika SNMPTN itu bukan perkara mudah. Saya berperang dulu dengan kebatuan saya, rasa gengsi, menilik pendapat orangtua, dll. Sulit. Itulah mengapa saya tidak terlalu berharap banyak saat melihat pengumuman SNMPTN.

Ketika masa kuliah telah tiga setengah tahun berlalu, saya merasa berat sekali untuk mengucapkan selamat tinggal dengan prodi ini. Saya akui bahwa di awal-awal perkuliahan, saya merasa bodoh sendiri dan salah jurusan, tetapi seiring berjalannya waktu, cinta tumbuh lebih besar dari perkiraan saya. Banyak masukan positif dan inspiratif dari dosen yang membimbing. Belum lagi warna-warni ideologi yang menyemangati diri untuk lebih meningkatkan diri.   Aahh.. memang mengakhiri itu susah. Walaupun saya harus pergi, cinta itu ‘kan tetap ada.

Sesulit apa pun dua hal tersebut, yakinlah kita dapat menghadapinya. Jangan sekadar menyakini kemampuan diri kita sendiri karena kemudahan itu belum tentu berasal dari kita. Bagi saya, berbagai kemudahan saya dapatkan karena pertolongan Allah. Ya, dengan kekuatan-Nya dapat menjadikan segalanya mudah-mudah saja dan semoga berkah.

(Fitri Apriliani Lestari_Prodi Indonesia UI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar