Ngobrolin Lady Gaga sudah tidak asing lagi
beberapa pekan ini. Biasalah media, terlalu membesar-besarkan masalah. Terserah
deh jika banyak orang yang
berpendapat Lady Gaga adalah icon
musik sekaligus seniman nomor satu di abad ini. Namun, bukan berarti menyudutkan
sebagian orang yang merasa tidak suka dengan si Gaga.
Tulisan
ini bukan bermaksud menyampaikan hal-hal negatif dari seorang Lady Gaga, ngapain juga. Saya yakin para fansnya
sudah tahu tentang segala keburukan sosok yang dikagumi itu. Jadi, untuk apa
diomong lagi. Yang ingin saya sampaikan di tulisan ini hanya berupa kesan saya
terhadap tanggapan salah seorang public
figure yang menyudutkan orang-orang yang anti-Gaga.
Sesampai
saya di rumah saudara, channel tv yang terpasang adalah Global tv dengan acara gosip
bernama focus selebriti. Berita yang diputar ya tentang tanggapan fans Lady Gaga terhadap kebatalan konser Gaga
di Indonesia. Wajar jika mereka kecewa karena sudah mengantri panjang plus penuh perjuangan untuk beli tiket
konsernya. Nah, dari sekian banyak komentar tentang kebatalan konser tersebut,
cuma pendapat si public figure (yang
saya maksud di atas) yang mengagetkan saya.
Si public figure itu adalah salah satu
vokalis band “yang baru terkenal” di Indonesia. Dia bilang apa tentang kebatalan
itu? “Ya kita aja, eh maksudnya beberapa
orang yang ribet, kampung, yang tidak mengerti seni. Dia itu dari Amerika, lebih pinter dari kita,
dia juga tahu harus tampil bagaimana di Indonesia yang kebanyakan muslim. Dia
bisa tampil tertutup, tapi tetep aneh sesuai cirinya. Yah pokoknya (yang tidak
suka) kampung, sampah..” Tentu saya
pastikan redaksional yang saya berikan tidak mutlak 100% seperti perkataan public figure itu. Tetapi saya sangat
yakin sekali perkataan “kampung” , “sampah”, “Gaga lebih pinter dari kita”, itu
memang disampaikan.
Coba
bayangkan? Berarti saya pun yang termasuk menolak kedatangan si Gaga itu
kampung? Okelah, tidak masalah kalau sekadar kampung, tapi sampah? Lebih bodoh
dari si Gaga? Hah, saya tidak habis pikir saja. Namun, saya sangat
mengapresiasikan kejujuran public figure
itu walau dia bodoh (soalnya di sendiri yang bilang orang Amerika lebih
pinter). Kalau perkataan itu disampaikan
oleh abang-abang tukang parkir di warung kopi, saya tidak mempermasalahkan. Heran
saya, public figure yang tampil keren
di atas panggung gitu lho, ngomongnya kayak abang tukang parkir,
bahkan lebih buruk mungkin.
Setiap
kata yang keluar dari mulut kita adalah cerminan diri kita. Semoga setiap kata
yang salah dapat segera kita perbaiki.
(Fitri Apriliani Lestari_Prodi Indonesia UI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar